Contoh Khutbah Jum’at Tentang Cinta

Contoh Khutbah Jum’at-Cinta sejati atau cinta hakiki mungkin ada disetiap puisi cinta yang dibuat oleh seseorang yang sedang jatuh cinta. tetapi sudah benarkah kita menafsirkan arti cinta sejati sesungguhnya? untuk itu dalam tema contoh khutbah atau contoh pidato kali ini akan membahas mengenai cinta. dengan judul “Contoh Khutbah Jum’at Tentang Cinta” 

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللهِ شَهِيْداً، وَأَشْهَدُ أَلَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ إِقْرَاراً بِهِ وَتَوْحِيْداً، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً مَزِيْداً
أَمَّا بَعْدُ
أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى

Hadirin Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah.
Setiap orang didunia ini akan memiliki cinta didalam hatinya, baik cinta yang dirasakan untuk orang lain maupun cinta yang orang lain rasakan untuk kita. Cinta dalah sebuah anugerah yang Allah berikan kepada kita sebagai manusia. Cinta mempunyai makna yang luas,  cinta bukanlah semata harapan dan keinginan, tetapi cinta adalah sebuah latihan kesabaran, sebab cinta itu memberi, cinta itu berkorban, cinta itu memaafkan. Cinta yang hakiki tidak dilalui dengan riang gembira dan canda tawa namun cinta yang hakiki dilewati dengan peristiwa yang menguras derai air mata, perih dan terluka agar mengerti bahwa sesungguh cinta yang hakiki hanyalah cinta kita kepada Allah.
Cinta itu terkadang muncul dalam diri manusia dengan cara tidak disangka-sangka, ketika berjumpa dengan lawan jenis ada getaran-getaran merdu yang mengiang-ngiang di hati, sesungguhnya dalam segi naluriah perasaan suka itu sudah di anggap sebagai Cinta. Cinta yang diberikan allah untuk kita sesungguhnya untuk memantapkan hati kita agar menjadi lebih baik. Supaya bisa menuju ke arah yang positif. Ke arah yang positif ini memiliki berbagai macam pengertian, ke arah yang positif dalam menempatkan Cinta sebagai tolok ukur kesuksessan kita, menempatkan cinta sebagai Aura semangat hidup, hingga pada taraf tertinggi menempatkan cinta untuk menambah ketaqwaan kita kepada Allah SWT.
Mencintai seseorang atau sesuatu yang kita suka hendaklah tidak menjadikan kita lupa, cinta itu akan terjadi sementara didunia ini. Kita tidak boleh melupakan cinta yang harus kita jaga, yang akan kekal sampai nanti di akhirat. Harus berhati-hatilah kita jikalau perasaan cinta duniawi telah menguasai perasaan kita. Allah SWT Berfirman :
“Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, pasangan-pasangan, dan kaum keluarga kalian, harta kekayaan yg kalian usahakan, perniagaan yg kalian khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yg kalian sukai, lebih kalian cintai daripada Allah, Rasul-Nya dan (daripada) jihad di jalanNYa, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan siksaNya. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yg fasik” (QS. At Taubah: 24)
Hadirin Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah.
Cinta adalah proses ujian yg keras dan pahit dalam kehidupan manusia. Apakah cinta itu dalam perjalanannya akan menghantarkannya kepada jalan yg mulia atau menghempaskannya kepada jalan yg hina. Sebenar-benarnya cinta terhadap kecintaan duniawi harus semata-mata karena Allah SWT. Pengertian cinta karena Allah adalah mencintai seseorang lantaran ketaatannya kepada Allah SWT, atau cinta di jalan Allah.  “Rasulullah ShallaLLahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Tujuh golongan yang ALLah menaunginya dengan naungan-Nya pada hari tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, salah satunya dua orang yang saling mencintai karena Allah, bersatu karena Allah dan berpisah karena-Nya.” 
Bagaimana kita bisa membuktikan kecintaan kita kepada seseorang dikarenakan cinta kita terhadap Allah SWT? Ternyata buktinya adalah dengan menjalin hubungan untuk meraih ridho-Nya, menjalankan hubungan berlandaskan agama. Sepasang suami istri yang saling mencintai karena Allah, maka ia akan saling bahu membahu membawa bahtera rumah tangganya ke jalan yang diridhoi Allah, saling mengingatkan ketika salah satunya berbuat khilaf, dan akan senantiasa menghindari kemungkaran.
Terkadang mudah bagi kita memberikan segala sesuatu yang kita cintai baik berupa harta, waktu, maupun perhatian untuk orang yang kita cintai. Akan tetapi, ketika kita melihatnya melakukan kesalahan, kita diam saja, dengan alasan segan, karena dia memiliki ilmu yang lebih dari kita, atau karena takut ia menjadi marah, takut ia memutuskan hubungan, atau takut ia menjauh, dan sebagainya. Kita merasa takut kehilangannya dengan membiarkannya terjatuh pada kesalahan. Ternyata bukanlah itu bukti cinta yang hakiki. Begitupun sangat cintanya kita terhadap anak-anak kita, mendidiknya untuk menjadi anak soleh dan solehah adalah salah satu bukti cinta karena Allah SWT.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ


الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ