Pidato Tentang Fitnah

Ada ungkapan yang mengatakan bahwa fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Fitnah ini menjadi bencana yang mungkin sangat besar di dunia ini. Musibah ini menghancurkan manusia dengan cara yang sangat halus dan hampir tidak terlihat sebagai fitnah. Berkaitan dengan ini, di zaman yang membingungkan ini fitnah begitu mudah menyebar sampai dinding-dinding kamar kita. Yang baik menjadi buruk dan sebaliknya, dunia ini begitu mudah ternoda oleh berbagai fitnah. Selengkapnya pidato berkaitan dengan fitnah berikut ini, Semoga Bermanfaat !

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Hadirin yang berbahagia

Pada kesempatan kali ini izinkanlah saya menyampaikan pidato berkaitan dengan fitnah. Yang dimaksud dengan fitnah yaitu sesuatu yang menimpa individu atau golongan, berupa kebinasaan atau kemunduran tingkatan iman, atau kekacauan di dalam barisan Islam.
Di antara penyebab pertama terjerumusnya seseorang ke dalam fitnah,
yaitu siapnya hati menerima fitnah tersebut, seperti yang disebutkan dalam
hadits, yang artinya:
Fitnah-fitnah didatangkan kepada semua hati…Hati manapun yang mengecapnya, tertorehlah padanya satu noda hitam.”

.Dalam hadits shahih, dikemukakan bahwa: “Orang yang berjalan padanya (fitnah) lebih baik daripada yang berlari, barangsiapa yang mengintainya, niscaya ia menguasainya.” Maksudnya mencari-carinya (fitnah), niscaya ia menguasainya. Dan sesuatu yang paling menggerakkan fitnah adalah banyak berbicara.

 Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata dalam menjelaskan sebab-sebab terjadinya fitnah yang sangat banyak, sesungguhnya ia bermula: ‘dengan berkata bohong di hadapan para pemimpin, memberikan informasi kepada mereka. Maka seringkali hal itu memunculkan kemarahan dan pembunuhan, lebih banyak dari pada terjadinya fitnah itu sendiri. Dan sering sekali fitnah menjadi besar saat seseorang mengambil sikap atas dasar kesalahpahaman. Dan yang lebih berbahaya lagi dalam menyulut api fitnah adalah mendahulukan pendapat pribadi di atas hukum syara’.

Diriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari, bahwasanya Sahl bin Hanif berkata saat terjadinya fitnah di antara para sahabat radhiyallahu ‘anhum: ‘Wahai sekalian manusia, curigalah terhadap pendapat pribadimu atas agamamu…’’
Dan terkadang engkau berlari dari fitnah, maka para pelakunya menyusul
engkau, sedangkan engkau tidak ingin terlibat di dalamnya.

Sebagaimana yang
diriwayatkan dari Abu ad-Darda` , ia berkata, ‘Jika engkau mengkritik mereka,
mereka mengkritik engkau. Jika engkau meninggalkan mereka, mereka tidak
meninggalkan engkau. Dan jika engkau berlari dari mereka, mereka pun
menyusul engkau…’ Dan terkadang penerimaan terhadap jabatan yang engkau tidak mampu
melaksanakannya menjadi sebab terjadinya fitnah terhadap dirimu dan siapapun
yang bersamamu.

Karena alasan itulah, ‘Amr bin al-‘Ash merasa sangat
gelisah saat menjelang kematiannya, dan ia teringat kehidupannya bersama
Rasulullah , hingga ia berkata, ‘Jika aku meninggal dunia pada saat itu, orangorang berkata, ‘Selamat untuk ‘Amr, ia masuk Islam, lalu ia meninggal maka
diharapkan surga untuknya.’ Kemudian setelah itu, aku berkecimpung dengan kekuasaan dan berbagai banyak urusan, maka aku tidak tahu, apakah memudharatkan aku atau berguna untukku.’

 Jika engkau menjadi panutan atau memegang jabatan, maka janganlah
engkau memberikan tugas kepada manusia yang mereka tidak mampu, maka
engkau membuat fitnah kepada mereka. Maka sesungguhnya Rasulullah ,
tatkala beliau mengetahui bahwa Mu’adz bin Jabal memanjangkan shalatnya
saat menjadi imam, beliau bersabda kepadanya sebanyak tiga kali
“Wahai Mu’adz, apakah engkau ingin membuat fitnah?7

Dan dalam pidato Umar : ‘Perhatikanlah, janganlah kamu memukul kaum muslimin, maka kamu menghinakan mereka. Janganlah kamu memperpanjang (menugaskan mereka terlalu lama, hingga tidak berkumpul dengan keluarga mereka), maka engkau membuat fitnah kepada mereka. Dan janganlah kamu
menghalangi hak mereka, maka kamu membuat kufur kepada mereka.’ Sesungguhnya banyak disibukkan dengan ucapan tanpa bekerja, akan
membawa kepada fitnah dan kekacauan.

Syaikhul Islam berkata, ‘Apabila
manusia meninggalkan jihad fi sabilillah, maka Allah akan mencoba mereka. dengan mencampakkan permusuhan di antara mereka, hingga terjadi fitnah di
antara mereka, sebagaimana yang telah terjadi.

Hadirin yang dirahmati Allah

Di antara pengaruh fitnah, sesungguhnya fitnah itu melupakan orang-orang yang terjerumus di dalamnya tentang kebenaran yang mereka ketahui dan batasan-batasan yang mereka tekuni. Dan sesungguhnya orang yang terjatuh dalam fitnah menjadi ringan ketakwaannya dan tipis agamanya. Karena itulah saat orang-orang dijauhkan dari telaga, Rasulullah mengira mereka termasuk umatnya, dijawablah: ‘Engkau tidak tahu, mereka telah berjalan mundur.’ Yang
meriwayatkan hadits berkata (yaitu Ibnu Abi Mulaikah): ‘Ya Allah, sesungguhnya
kami berlindung kepada-Mu bahwa kami kembali atas tumit kami (murtad) atau
kami mendapat fitnah.”

 Dan dalam hadits yang Hudzaifah bertanya tentang keburukan: Wahai Rasulullah, ketenangan di atas asap, apakah maksudnya? Beliau menjawab: Hati para kaum tersebut tidak kembali seperti semula.’Yang mensyarahkan hadits tersebut berkata, ‘Maksudnya, hati mereka tidak
bersih dari sifat dendam dan benci, sebagaimana bersih sebelum hal itu.’
Ketika engkau melihat seorang laki-laki yang berakal, tetapi akhirnya
engkau tidak tahu, kemana perginya akal sehatnya di saat terjadinya fitnah
(kekacauan).

 Ibnu Hajar rahimahullah mengutip hadits dari Ibnu Abi Syaibah
rahimahullah tentang fitnah: “Kemudian fitnah datang bergelombang seperti
gelombang laut, dan ia yang menjadikan manusia padanya seperti binatang.’
Maksudnya, tidak ada akal bagi mereka. Dan diperkuat hadits Abu Musa :
‘Akal kebanyakan orang di masa itu telah hilang.’
Dan ketika Ibnu Hajar rahimahullah menjelas disunnahkan berlindung
dari segala fitnah, hingga kepada orang yang mengetahui bahwa ia berada di atas
kebenaran. Ia memberikan alasan atas hal itu dengan penjelasannya: ‘Karena
sesungguhnya ia bisa membawa kepada terjatuhnya sesuatu yang ia tidak
menganggap terjatuhnya.
Di antara pengaruh terjerumus dalam fitnah yang paling berbahaya adalah tidak memperhatikan nasehat, bahkan sebagian manusia menganggap enteng
perbuatan maksiat. Abdullah bin Umar berkata: ‘Di masa fitnah, kamu tidak
menganggap pembunuhan sebagai perbuatan dosa.’15 Maka, apakah jalan
keselamatan dari segala fitnah?

 Hadirin yang dirahmati Allah

Di antara hal yang dapat menyelamatkan dari fitnah adalah bahwa engkau
tidak menuntut hakmu dalam urusan dunia, sekalipun sabar dalam hal itu
terasa berat sekali. sebagaimana yang diriwayatkan dalam Sunan Abu Daud:
‘Sesungguhnya keberuntungan bagi orang yang menjauhi fitnah –(beliau
mengucapkannya) tiga kali-, dan bagi orang yang mendapat cobaan, maka ia
bersikap sabar, alangkah indahnya sabar terhadap bala.’

Dan barangsiapa yang dikelilingi fitnah dan tidak ada yang menyelamatkannya
dari fitnah itu, maka hendaklah ia berlari dengan membawa agamanya dari
segala fitnah dan memperbanyak ibadah, sebagaimana dalam hadits:
“Beribadah di saat fitnah adalah seperti berhijrah kepadaku.”17
Berbekal diri dengan amal shaleh sangat dianjurkan untuk menjaga diri dari
fitnah sebelum terjadinya.

Nabi bersabda: “Segeralah beramal shaleh (mendahului datangnya) segala fitnah.”

Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan saat menjelaskan makna hadits
tersebut: ‘Pengertian hadits tersebut adalah dorongan bersegera melaksanakan
amal ibadah sebelum uzur dan sebelum tidak bisa lagi melaksanakannya karena
terjadinya fitnah yang menyibukkan, datang silih berganti, lagi sangat banyak.
Dan barangsiapa yang bisa mengendalikan sebab-sebab fitnah, maka
hendaklah ia berlepas diri darinya, sebagaimana yang terdapat dalam hadits:
“Patahkanlah padanya yang keras darimu.

Hadirin Rahimakumullah

 Kesimpulannya adalah bahwa ada beberapa hal yang diyakini sebagai penyebab seseorang terjerumus fitnah Di antara penyebab terjerumusnya seseorang ke dalam fitnah: 1) Kesiapan hati menerimanya; 2) Tenggelam dengan obrolan dan keyakinan ilusi; 3) Mendahulukan pendapat pribadi di atas hukum syara; 4) Menerima jabatan yang tidak mampu dilaksanakan; 5) Sibuk berbicara, tanpa bekerja.; Adapun dampak fitnah itu sendiri antara lain: 1) Membuat manusia lupa terhadap kebenaran yang sebenarnya; 2) Menipiskan agama; 3) Menghilangkan akal; 4) Tidak mendengarkan nasehat.

Untuk menghalau musibah fitnah ini dapat dilakukan beberapa hal diantaranya adalah: 1) Tidak menuntut hakmu dalam urusan dunia; 2) Paham terhadap agama; 3) Berlepas diri dari sarana-sarana fitnah dan sebab-sebabnya; 4) Tidak memegang jabatan dalam fitnah; 5) Berdoa agar terjaga dari kejahatannya; 6) Hati mengingari fitnah tersebut; 7) Berbekal diri dengan amal shalih; 8) Menjauhi fitnah adalah pemeliharaan rabbani, melebihi kondisinya sebagai
usaha manusia.

Barang kali demikianlah yang dapat saya sampaikan, kurang dan lebihnya mohon dimaklumi dan dimaafkan. Billahi Taufik Wal Hidayah Wassalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh