Pidato Singkat Tentang Hubungan Ilmu dan Amal

Hubungan ilmu dan amal seperti halnya hubungan pikiran dan hati manusia, keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ilmu tanpa amal seperti pohon tanpa buah, keduanya akan harmoni jika saling selaras. Bahkan seorang tokoh pernah berkata ilmu tanpa amal adalah buta dan amal tanpa ilmu adalah pincang. Keduanya tidak bisa berjalan terpisah melainkan harus beriringan, selengkapnya Pidato Singkat Hubungan Ilmu dan Amal berikut, Semoga Bermanfaat !

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Hadirin Rahimakumullah

Setelah berbicara tentang keutamaan ilmu, ada baiknya kita mengupas bahasan tentang hubungan ilmu dan amal. Sebelumnya saya akan menyampaikan hadits Rasulullah Saw, yang berbunyi:
Ya Allah ya Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, kemalasan, ketakutan, kekikiran, kepikunan dan siksa kubur. Ya Allah ya Tuhanku, berikanlah ketakwaan kepada jiwaku, sucikanlah ia, sesungguhnya engkaulah sebaik-baik Dzat yang dapat mensucikannya. Engkaulah yang menguasai dan yang menjaganya. Ya Allah ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak berguna, hati yang tidak khusyu, diri yang tidak pernah puas, dan doa yang tidak terkabulkan. (HR. Muslim)

Seorang yang berilmu pernah berkata bahwa amal adalah buah dari ilmu dan hujjah bagi pemilik ilmu ketika bertemu Allah Swt. ilmu tanpa amal layaknya pohon tanpa buah. Dengan ilmunya ia mampu menyinari sekelilingnya. Namun ketika ia melupakan dirinya, ia itu bagaikan lilin yang mampu membahagiakan orang lain dengan sinarnya, namun dirinya hancur binasa dengan apinya.

Sebuah ungkapan dari seorang tokoh juga menggambarkan keadaan yang serupa,’’ ilmu tanpa amal adalah buta dan amal tanpa ilmu adalah pincang. Ilmu dan amal adalah sesuatu yang mesti hidup seirama dan harmoni bagi sang penuntut ilmu. Sebagaimana Ibnu Qoyyim mengatakah,’’ setiap pengembara akan sampai kepada Allah dan kehidupan akhirat, akan tetapi setiap pengembara itu akan bergantung pada jalan yang ia tempuh. Tidak akan sempurna dan sampai perjalanannya itu dengan dua kekuatan yaitu ilmu dan amal.

Jika ilmu tidak diamalkan oleh pemiliknya maka ilmu itu akan mudah terlupakan begitu saja. Hal ini juga mengingatkan asumsi tentang sebuah proses pembelajaran dimana pembelajaran yang melibatkan seluruh indra dan bersifat praktik (langsung dilakukan) akan lebih banyak di ingat oleh akal manusia dibanding ilmu yang hanya melibatkan indra pendengaran atau penglihatan saja.

Saudaraku, Ali Bin Abi Thalib pernah berkata,’’ Ilmu itu akan memanggil amal. Jika amal tidak menyerunya, maka ilmu akan pergi. Ilmu tanpa amal disebut-sebut sebagai penyebab hilangnya keberkahan ilmu dan tegaknya hujjah di hadapan Allah Swt. Berkaitan dengan ini Allah Swt telah mengingatkan melalui firman-Nya,
Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.’’ (Al-Shaf: 3).
‘’Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri. Padahal kamu membaca AL-kitab, maka tidaklah kamu berpikit? (QS. Al-Baqoroh: 44).

Imam Syafi’i pernah berujar,’’ Tidaklah disebut ilmu apa yang hanya dihafal, tetapi ilmu adalah apa yang diaktualisasikan dalam adab yang memberikan manfaat.’’ Mendengar hal ini penting kiranya untuk berinstropeksi tentang sejauhmana Ilmu yang kita miliki telah diamalkan? Jangan sampai ilmu itu hanya membuat kita pandai mengisi ujian atau bahkan hanya cakap berbicara tapi tidaj dengan tindakan.

Dalam salah satu penggalan puisi arab, Abu Al-Atiyah berkata,’’ Kamu mensifati dirimu dengan ketakwaan seolah-olah kamu memiliki ketakwaan akan tetapi wangi keburukan tercium dari pakaianmu yang begitu menyengat.
Ilmu yang dimiliki oleh manusia akan menjadi kemuliaan kelak di akhirat jika ia menjadikannya perhiasan bagi akhlaknya. Namun sebaliknya, jika ia lupa akan dirinya, ia akan mendapati ilmunya itu menjadi senjata yang akan melukai tuannya.

Dalam suatu hadits dikemukakan,’’ Kaki anak Adam tidaklah bergeser pada hari kiamat dari sisi Rabbnya sehingga ditanya tentang lima hal, tentang umurnya untuk apa dia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa dia pergunakan, tentang hartanya dari mana dia peroleh dan kemana dia infakan dan tentang apa yang telah dia lakukan dengan ilmunya (HR. Tirmidzi)

Saudaraku apa yang telah kita lakukan dengan ilmu yang kita miliki, adakah kita telah membagi dan mengamalkannya? Adakah kita telah menjadikan ia sebagai media untuk mendekatkan diri kepada Allah? adakah dengannya kita menjadi lebih merunduk dan takut pada Allah Swt.? ataukah kita hanya menjadikannya sebagai alat untuk mencapai ambisi dunia?

Saudaraku, ada sebuah doa yang dapat kita panjatkan untuk meminta perlindungan dari keburukan segala amal yang kita lakukan. Renungkanlah doa ini:
Ya Allah ya Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, kemalasan, ketakutan, kekikiran, kepikunan dan siksa kubur. Ya Allah ya Tuhanku, berikanlah ketakwaan kepada jiwaku, sucikanlah ia , sesungguhnya Engkaulau sebaik-baik Dzat yang dapat mensucikannya, Engkaulah yang menguasai dan menjaganya. Ya Allah ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak berguna, hati yang tidak khusyu, diri yang tidak pernah puas dan doa yang tidak terkabulkan. (HR. Muslim)

Barang kali amal adalah muara dari ilmu, bukan hanya tau tentang keharusan untuk bersabar tapi mampu menjadi orang yang penyabar, bukan hanya tau tentang bagaimana hidup bersih tapi mengupayakan kebersihan hidup, bukan hanya tau tentang pentingnya kejujuran tapi mampu memupuk sikap jujur dalam kehidupan. Inilah barang kali yang dinamakan hubungan ilmu dan amal yang selaras.

Hubungan ilmu dan amal ini mengingatkan saya tentang bagaimana orang dengan ilmunya menjadi lebih beradab atau sekurang-kurangnya menjadi manusia yang berkarakter. Barang kali kita tahu bahwa Thomas Lickona mengatakan bahwa karakter adalah value ini action atau nilai dalam tindakan. Maka ilmu didalamnya terkandung berbagai nilai harusnya mengarahkan manusia menuju kualitas karakter yang baik karena adanya pengamalan dari ilmu tentang baik buruk serta benar salah.

Hadirin yang berbahagia
Semoga kita dimampukan untuk dapat mengamalkan setiap ilmu yang telah kita miliki. Semoga ilmu-ilmu itu tidak hanya sampai pada otak kita saja melainkan sampai nurani dan menjadi media yang dapat membuat kita lebih takut, berharap, merunduk dan dekat kepada sang Pencipta. Demikianlah yang dapat saya sampaikan, kurang dan lebihnya mohon dimaklumi dan dimaafkan. Billahi Taufik Wal Hidayah Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh