Dakwah Tentang Manusia Sebagai Mahluk Sosial

Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak akan pernah bisa hidup tanpa keberadaan dan bantuan orang lain. Namun agaknya hari ini kita melihat jenis-jenis manusia baru yang hidup denan gaya individualistis seolah-olah mereka dapat hidup sendiri. Untuk menyikapinya, agaknya kita harus membaca dakwah berikut

 Assalamu’alaikum Wr.Wb

Untuk mengawali jumpa kita saat ini, terlebih dahulu kita semua panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah swt, karena dengan rahmat dan ridho-Nya kita bisa hadir dalam kesempatan kali ini dalam keadaan sehat walafiat. Shalawat serta salam semoga tetap dilimpah curahkan kepada Nabi besar Muhammad saw, kepada para sahabatnya, para tabi’in-tabi’innya,serta kita sebagai umatnya.

Hadirin sekalian yang kami hormati.
Manusia adalah mahluk individu sekaligus mahluk sosial. Manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain, untuk itu ia dikenal sebagai homo socius. Dalam prosesnya belum pernah ada orang yang hidup tanpa bantuan dari orang lain maka budaya tolong menolong adalah budaya yang selalu ada dalam masyarakat. Namun akhir-akhir ini, budaya tolong menolong dan ramah tamah seakan-akan telah pudar di dalam keseharian kita.

Hariini bukankah kita lebih sering melihat orang-orang begitu bersikap individualis?
Kita bertanya-tanya kemana kah kepedulian dan keramah-tamahan yang selalu di junjung oleh masyarakat indonesia?. Atau lihatlah anak-anak masa kini, seberapa dalam mereka peka terhadap orang lain di sekelilingnya?

Hari ini kita melihat dunia baru, anak-anak kita mungkin bukan lagi sosok yang bisa kita ikuti. Ia memiliki dunia baru dengan kegandrunganya ia pada gadget. Bapak – ibu sebagai orang tua, pernahkah berpikir bahwa anak-anak kita hari ini mengalami zaman yang begitu berbeda dengan zaman dimana kita hidup dahulu. Saat ini individualisme begitu merebak, mungkin salah satunya didukung oleh kecanggihan teknologi yang dengannya manusia merasa tidak membutuhkan bantuan orang lain.
Budaya tolong menolong, sikap ramah tamah dan kepedulian antar sesama seolah-olah luntur dan digantikan dengan sikap individualistis.

Gaya hidup individualistis ini ternyata merebak tidak hanya pada masyarakat perkotaan tapi juga sampai ke masyarakat pedesaan. Gaya hidup individualistis membuat kita menjadi orang yang tidak peduli dengan keberadaan orang lain, dan akhirnya kita menjadi orang-orang yang berpusat pada diri sendiri.
Akhir kata, semoga kita termasuk orang-orang yang menanggalkan gaya hidup individualistis dengan lebih banyak peduli dan menolong orang lain.

Wabilahitaufik Walhidayah Wassalamualaikum Warrahmatullahiwabarakatuh