Pidato Singkat Tentang Etika Menggunakan Media Sosial

Media sosial, barang kali dua kata ini menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat saat ini. Media sosial menjadi salah satu wahana dimana manusia dapat menjalin komunikasi dan memperoleh informasi sebanyak mungkin. Dibalik sisi positif yang ditawarkan media sosial, ia pun memiliki sisi negative yang harus diantisipasi diantaranya adalah dengan lebih beretika dalam menggunakan sosial media. Selengkapnya pidato singkat tentang etika menggunakan media sosial.
 Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh 
Hadirin yang berbahagia 
Pada kesempatan kali ini izinkanlah saya mengulas sedikit tentang etika dalam menggunakan media sosial. Sudah barang tentu media sosial menjadi salah satu kebutuhan masyarakat dunia saat ini tak terkecuali di Indonesia. Berbagai informasi terus berseliweran di media sosial dari informasi tentang curhatan diri sampai informasi tentang bagaimana caranya mengaktualisasikan diri entah itu beasiswa, prestasi, konferensi dan sebagainya. 
Media sosial dirasa begitu kental pada era globalisasi ini, beragam informasi dari belahan dunia manapun dapat diakses oleh siapapun. Keberadaan media sosial pun menjadi salah satu sumber pundi-pundi keuangan bagi sebagian besar orang diantaranya dengan menjamurnya online shop, munculnya beragam aplikasi  dan sebagainya.
 Hari ini kita memasuki era informasi dimana setiap detiknya begitu banyak informasi bermunculan. Apapun pertanyaannya, cari saja di google dan hampir semua jawaban diberikan oleh google. Bisa dikatakan hari ini kita begitu banjir informasi sehingga waktu kita pun dirasa tak cukup untuk mengetahui setiap informasi yang ada. Tapi adakah kebanjiran informasi ini membuat kita lebih cerdas?
 Konon, pada waktu dulu sebelum alat-alat semacam printer dan foto copy muncul informasi adalah hal yang paling mahal untuk diperoleh. Untuk itu tak jarang orang berkelana ke berbagai negeri untuk hanya sekedar mencari informasi. Bahkan katanya informasi yag tersimpan dalam sebuah buku dihargai dengan begitu mahal, orang bisa menukar 1 batang emas dengan satu buah buku.
 Pada waktu itu informasi adalah barang mahal yang hanya dapat diperoleh orang-orang tertentu.
Berbeda halnya dengan masa itu, hari ini kita bisa dikatakan banjir informasi. Dari informasi tentang bagaimana resep membuat makanan sampai bahan skripsi pun tersajikan di dunia maya. Untuk itu menjadi ironi jika kebanjiran informasi ini tidak membuat kita lebih kaya akan pengetahuan tapi malah membuat kita mengabaikan kemampuan otak kita dengan terlalu bergantung pada Mbah Google. 
Hadirin yang berbahagia 
Hadirnya media sosial saat ini tak dapat dipungkiri memangkas ruang privasi manusia. Jika dahulu informasi dihargai dengan sangat mahal maka hari ini kita mudah sekali menemukan betapa mudahnya orang untuk mengumbar informasi tentang dirinya.
 Pada waktu dulu informasi diri seseorang dapat diketahui hanya dengan kehadiran detektif dan sejenisnya yang menggali informasi tentang seseorang. Hal ikhwal tentang orang itu ia gali dengan mengamati berbagai aktivitas hariannya. Dari orang terjauh sampai terdekatnya ia cari tahu dan dekati untuk menggali informasi tentang seseorang. Begitulah mahalnya informasi diri seseorang kala itu. Namun bagaimana dengan yang tejadi hari ini? 
Hari ini hampir setiap manusia terpangkas ruang privasinya, hampir-hampir mereka mengumbar setiap informasi dirinya dengan tanpa memfilternya terlebih dahulu. Bahkan ada yang mengatakan bahwa saat ini orang begitu mudah untuk menelanjangi dirinya sendiri dengan menyebarkan informasi tentang dirinya yang sebetulnya tidak harus di umbar. Hal-hal yang seharusnya tidak dibagi menjadi hal yang dengan mudah dikonsumsi oleh banyak orang baik yang dekat maupun tidak atau bahkan yang dikenali maupun yang tidak. Hampir semua rahasia tentang diri seseorang dari aktivitas harian sampai pencapaian dapat ditemukan di media sosial milikinya. Sehingga dengan sangat mudah kita dapat menggali perjalanan hidup seseorang hanya melalui akun media sosialnya. 
Hadirin yang berbahagia
 Penyakit yang banyak menjangkiti pengguna media sosial adalah ketidakmampuan untuk menentukan apa yang pantas untuk dibagi dan tidak dan apa yang bisa dibagi kepada orang lain atau hanya disimpan untuk sendiri. Hampir-hampir orang tidak dapat menentukan mana yang ranah privasi dengan mana ranah public. Ketidakmampuan ini mengakibatkan berkurangnya ruang privasi manusia yang dengannya orang begitu terasing dengan dirinya sendiri. Selain itu menjadi tidak menarik bahwa semua tentang diri kita dapat terlampir dalam media sosial lalu apa lagi yang tersisa dari diri kita sendiri ketika semuanya telah terbagi? 
Untuk itu ada baiknya agar orang lebih beretika dalam menggunakan media sosial. Barang kali etika ini dapat diawali dengan berupaya untuk dapat mengendalikan diri dari kecenderungan untuk selalu mempublish hal-ikhwal tentang diri kita. Ingat selalu bahwa tidak semuanya bisa dibagi kepada orang lain, sisakan ruang untuk diri kita sendiri. Pengendalian diri ini harus diimbangi dengan kemampuan memfilter informasi yang bisa dikonsumsi public dengan informasi yang hanya dapat dikonsumsi oleh diri sendiri. 
Lalu etika yang selanjutnya adalah tentang cara kita menaksir diri atau niatan mengapa kita mempublish suatu hal. Jangan sampai suatu hal yang kita publish hanya dikarenakan keinginan untuk dilihat oleh orang lain atau mencari perhatian dari orang banyak. Atau marilah kita menaksir niatan apakah yang kita bagi atau tulis benar-benar ditujukan untuk memberi kebermanfaatan pada orang lain ataukah hanya ingin terlihat hebat dan memukau? Sekali lagi, menaksir niatan yang mendasari suatu hal sangat diperlukan, bukankah setiap hal nya bergantung pada niat terlepas seberapa besar atau kecilnya suatu perbuatan. 
Hadirin yang berbahagia 
Media sosial saat ini benar-benar menjadi wahana manusia untuk menampilkan dirinya atau bahasa kerennya mengaktualisasikan diri. Jika dahulu memiliki prestasi dan karir yang cemerlang merupakan sau-satunya cara untuk mengaktualisasikan diri maka tidak dengan hari ini. Mengupload foto menarik di media sosial adalah salah satu cara orang saat ini untuk mengaktualisasikan dirinya. 
Barang kali menjadi lebih berada dengan selalu stay di dunia maya.
Jika orang berlomba-lomba untuk mengunggah tentang dirinya baik dari status atau foto di media sosial maka jangan kira jika penyakit iri, dengki, dan sombong bisa dengan sangat halus menyelinap dalam hati kita. Jika setiap orang mengupload tentang kehebatan dan pencapaiannya maka bukankah tidak mungkin jika muncul benih-benih iri kepada orang lain meskipun dalam ukuran yang sangat kecil. Namun menjadi hal yang patut disyukuri jika itu malah menjadikan inspirasi bagi orang lain dan meskipun begitu menaksir niat tetap perlu dilakukan untuk mencari motif melakukan suatu hal apakah untuk terlihat hebat ataukah untuk menginspirasi orang lain. 
Hadirin yang berbahagia 
Media sosial memiliki dua sisi yang dapat memberikan manfaat atau madharat maka saatnya untuk kita mengambil manfaat dan membuang madharat. Ibaratnya apel yang busuk pada suatu bagian tidak lantas mengharuskan kita untuk membuang apel itu tapi membuang bagian yang busuk dan memakan bagian yang masih bagus adalah cara yang paling tepat. 
Pada perjalanannya kita tidak dapat menghindar dari kemajuan teknologi karena tak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi dengan munculnya internet dan media sosial memberikan jalan rezeki bagi orang banyak. Untuk itu beretika dalam menggunakan media sosial adalah cara yang paling tepat dalam menyikapi kemajuan teknologi saat ini. 
Etika dalam menggunakan media sosial dapat dilakukan diantaranya dengan memperkaya kemampuan mengendalikan diri, memfilter informasi, menaksir niatan, dan mengelola waktu. Berkaitan dengan mengelola waktu, tak dapat dipungkiri bahwa waktu terasa begitu sempit ketika kita terlalu banyak bermain di dunia maya. Untuk hanya sekedar chat orang bisa menghabiskan bermenit-menit waktunya yang jika semuanya dikalkulasikan mungkin bisa ber jam-jam. Untuk itu perlu digaris bawahi bahwa keberadaan media sosial hanya untuk hal-hal yang perlu dan penting. Jangan sampai waktu kita terhambur dengan percuma hanya untuk stalking mantan-misalnya hehe, atau untuk kepoin yang disana dan lain sebagainya. 
Hadirin yang berbahagia 
Saatnya bagi kita untuk lebih bijak dan beretika dalam menggunakan media sosial, jangan sampai keberadaan media sosial membuat kita lupa terhadap diri sendiri dan bersikap abai pada setiap waktu yang bergulir. Barang kali demikianlah yang dapat saya sampaikan, kurang dan lebihnya mohon di maklumi dan dimaafkan. Billahi Taufik Wal Hidayah Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Leave a Comment