Pidato Singkat Tentang Perisai Keimanan

Keimanan, barang kali istilah familiar ini tidak asing lagi bagi umat beragama yang mendasarkan hidupnya menuju kesempurnaan iman dalam penghambaan kepada sang Khalik, Allah Swt. Namun dalam perjalanannya keimanan berjalan secara fluktuatif  kadang menebal dan kadang pula menipis. Untuk itu manusia membutuhkan perisai yang dapat melindungi keimanannya agar tidak tergelincir pada gangguan setan. Selengkapnya pidato singkat tentang perisai keimanan berikut ini, Semoga Bermanfaat !

Assalamualaikum Warahamatullahi Wabarakatuh

Hadirin yang berbahagia

Pada kesempatan kali ini izinkanlah saya menyampaikan sedikit bahasan tentang perisai keimanan, Apa itu perisai keimanan ? perisai layaknya sebuah tameng yang dapat digunakan untuk melindungi diri. Berkaitan dengan keimanan, mengapa kah membutuhkan tameng?

Dalam proses perjalanan hidup manusia, keimanan adalah hal yang selalu berada dalam proses penyempurnaan. Keimanan ini menjadi hal yang rentan untuk menjadi sasaran empuk godaan setan, hingga kita tahu bahwa keimanan manusia terus berfluktuasi yang kadang menebal kadang pula menipis. Barang kali hal inilah yang menjadi alasan mengapa perisai keimanan adalah hal yang perlu dimiliki manusia yang beriman.

Keimanan bagi seorang manusia, ibarat pakaian perang yang berfungsi melindungi tubuh dari serangan musuh. Keimanan menjadi pelindung dari kecenderungan manusia untuk mengikuti godaan setan yang terus selalu mengarahkan manusia  ke jalan maksiat. Keimanan pun menjadi dasar bagaimana manusia menjadi aman, tentram dan damai dalam menjalani kehidupannya. Keimanan manusia adalah mahkota jiwa yang perlu dijaga dan dilindungi agar keberadaannya tetap berada di jalan-Nya.

Keimanan adalah senjata yang dapat membuat setan merasa putus asa sekaligus tertantang untuk menggoda keimanan manusia. Kita tentunya ingat bagaimana setan lari ketakutan ketika ia menapaki jejak jalan yang dilalui oeh Umar Bin Khattab. Tentu bukanlah karena kekekaran tubuh dan kepandaiannya dalam bergulat yang menyebabkan setan bersikap demikian. Namun disebabkan keimanan Umar Ra. kepada Allah Swt yang begitu kuat hingga setan takut kepadanya.

Bukan hal yang mudah untuk memelihara keimanan di suatu zaman yang seolah-olah kemaksiatan dapat dengan mudah menyusup sampai ke celah-celah kamar. Hembusan kemaksiatan yang dilancarkan oleh setan tak pernah mengenal tempat, waktu dan arah. Ia bisa datang dari berbagai arah kapan saja dan dimana saja,. Jikalau perisai keimanan ini dilepaskan begitu saja maka manusia akan dengan mudah terbawa ke arah jurang kemaksiatan.

Hadirin yang berbahagia

Setan adalah musuh terbesar bagi seorang manusia. Kehadirannya tak pernah kita sadari sedikit pun. Hal ini disebabkan fitrah yang ia terima sebagai mahluk yang tak berdimensi. Ia memantau seluruh aktivitas manusia agar apa yang dilakukan manusia selaras dengan apa yang dikehendakinya. Ia biarkan manusia untuk mengaji tapi paksa manusia untuk ingkar janji. Ia biarkan manusia shalat tapi ia paksa manusia untuk maksiat. Ia biarkan manusia sedekah tapi ia paksa manusia untuk sombong dan serakah.

Memang benar manusia tak dapat melihat setan yang ghaib, akan tetapi setan tak dapat melihat Allah yang Maha Ghaib. Difirmankan dalam surah dalam Al-Quran,”  Dia tidak dicapai oelh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dia lah yang Maha Halus, Maha teliti. Sekuat apapun setan menggoda manusia, ia takkan mampu menyentuh sedikitpun hamba-Nya yang selalu taat dengan selalu berdzikir kepada-Nya.

Allah berfirman,” Katakanlah,” Aku berlindung kepada Tuhannya manusia, Raja manusia, sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi, yang membisikan kejahaan ke dalam dada manusia. (QS: An-Nas : 1-5).

Dikatakan bahwa keimanan bagaikan besi, ia kuat sekaligus mudah berkarat jika tidak dijaga dengan baik. Kekuatannya mesti selalu dijaga dengan sebaik-baiknya ibadah dan keindahannya mesti selalu dihiasi dengan selalu tilawah sebagai akhlakul karimah. Sehingga kapanpun dan dimanapun setan menggoyahkan iman manusia dengan menggoda manusia untuk bermaksiat, perisai keimanan dapat menjaganya.  Perisai keimanan dapat dilakukan dengan  membiasakan diri tilawah Al-Quran dan menyempurnakan shalat.

Hadirin yang berbahagia

Perisai pertama adalah Tilawah Al-Quran yang didalamnya berkaitan dengan proses membaca, memahami dan mentadabburi Al-Quran. Al-Quran merupakan kumpulan firman Allah yang memiliki pelbagai macam ilmu diantaranya agama, ilmu pengetahuan, sejarah, hukum dsb. Kandungan Al-Quran ini jika dipahami dengan baik oleh manusia akan membawa manusia menuju penghayatan agama yang sempurna. Kandungan Al-Quran ini memiliki banyak hikmah yang dapat membuat muslim lebih dekat, takut, dan merunduk di hadapan Tuhan. Al-Quran pun dikatakan sebagai hudan wa rahmatan (petunjuk dan rahmat) yang akan memberikan pemahaman kepada manusia mengenai aqidah, syariah dan muamalah yang benar bagi manusia.

Kedua, ialah shalat. Shalat adalah tiang agama, penghubung antara khalik (Pencipta) dan makhluk (yang diciptakan), dan sebagai pembuktian kepada Allah Swt. Ia pun menjadi penghapus dosa manusia sekaligus sarana meminta pertolongan Allah. Begitu pentingnya shalat,  sampai amalan pertama yang dihisab di hari akhir adalah shalat, jika shalatnya baik maka amal yang lainpun mengikutinya.

Dalam sebuah buku dikatakan bahwa Rasulullah menggambarkan bahwa  dosa yang akan terhapus karena shalat bagaikan seseorang yang memiliki sungai di depan pintu rumahnya, kemudian ia mandi lima kali sehari di sungai tersebut, maka adakah kotoran yang tersisa darinya?

Ibadah shalat tidak hanya sekedar gerakan dan ucapan  belaka, didalamnya harus disempurnakan dengan ketundukan, kekhusyuan, ketakutan dan keikhlasan kepada Allah Swt. Ketundukan sebagai wujud dari rasa sadar diri akan keagungan Allah Swt. Kekhusyuan sebagai wujud dari ilmu, penghayatan, dan curahan segala pikiran tenaga dan waktu hanya Allah Swt. Ketakutan sebagai wujud pengetahuan akan sisa-Nya dan kesadaran diri dari khilaf dan dosa. Terakhir keikhlasan merupakan wujud niat yang semata-mata ditujukan kepada Allah Swt.

Barang kali demikianlah yang dapat saya sampaikan kurang dan lebihnya mohon dimaklumi dan dimaafkan. Billahi Taufik Wal Hidayah Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu.