Naskah Pidato Tentang Mendefinisikan Kembali Kesuksesan

Siapa yang tak ingin menjadi sukses, hampir semua orang menginginkan kesuksesan meskipun mereka memiliki definisi yang beragam mengenai kesuksesan itu sendiri. Lalu apa sebenarnya kesuksesan itu sendiri? Apa standar yang dijadikan patokan ketercapaian keberhasilan? Agar lebih lengkap, simaklah naskah pidato tentang mendefinisikan kembali kesuksesan berikut ini

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Hadirin yang berbahagia

Dalam kehidupan, sering kali manusia berbicara tentang kesuksesan bahkan karena istilah “ kesuksesan”tersebut banyak dari mereka yang bersedia mengeluarkan uang dalam jumlah yang besar untuk mengikuti seminar, workshop, training atau membeli buku-buku yang dinilai menunjang dirinya untuk sukses.

Kemudian dalam banyak hal, istilah kesuksesan tersebut sering kali di jadikan alasan atau dasar dalam bertindak oleh mayoritas manusia, misalnya mengapa kamu belajar? mengapa kamu kuliah? mengapa kamu berusaha sangat keras? mengapa kamu tetap bertahan dalam situasi sulit? dsb, dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, tidak sedikit dari mayoritas manusia yang memberikan jawaban,’’ karena saya ingin sukses.’’

Berbicara tentang kesuksesan maka akan berkaitan dengan pandangan yang subjektif terkait kesuksesan itu sendiri. Setiap manusia dengan latar belakang yang berbeda dan pembawaan diri yang unik akan mendefinisikan istilah ‘’ kesuksesan’’ dengan caranya masing-masing. Tak jarang kesuksesan dikaitkan dengan prestasi, jabatan, karir, kekayaan, status sosial atau bahkan hal sederhana yang disebut kebahagiaan. Pada intinya setiap manusia memiliki pandangan tersendiri terkait kesuksesan, dan karena konsepnya yang bersifat subjektif maka hal itu mengindikasikan bahwa kesuksesan bukanlah kompetisi antarpribadi melainkan kompetisi manusia dengan dirinya sendiri.

 Hadirin Yang Berbahagia

Barang kali sukses tidak terletak pada hasil namun terletak pada proses. Sukses adalah proses manusia untuk dapat beraktualisasi dan bereksistensi. Berkaca dari teori kebutuhan Abraham Maslow dalam Robert (1993 : 161), aktualisasi diri dapat dikatakan sebagai perwujudan segenap potensi manusia di mana hidupnya penuh gairah dinamis dan tanpa pamrih, konsentrasi penuh dan terserap secara total dalam mewujudkan manusia yang utuh dan penuh. Orang yang tidak tertekan oleh perasaan cemas, perasaan risau, tidak aman, tidak terlindungi, sendirian, tidak dicintai adalah orang yang terbebas dari meta motivasi.

Kemudian secara lebih jauh, Hidayanti(2004: 81) mengungkapkan bahwa aktualisasi diri menunjukan suatu keadaan dengan konsentrasi penuh dan mencapai apa yang disebut sebagai manusia yang sempurna (insankamil).
Berkaitan dengan definisi aktualisasi diri dari tokoh-tokoh tersebut, dapat dikatakan bahwa aktualisasi diri tidak hanya berkisar pada pengembangan potensi yang hanya berorientasi kepada pencapaian-pencapaian yang bersifat materialis, tapi aktualisasi diri adalah perwujudan dari kesyukuran manusia untuk menjadi manusia yang sempurna (insan kamil) sesuai apa yang diperintahkan Tuhan ketika Dia menciptakan Nabi Adam sebagai khalifah. Manusia yang bersyukur tentunya tidak cukup hanya dengan mengucapkan kalimat hamdalah, namun secara lebih jauh ia harus mendayagunakan setiap karunia yang diberi oleh Tuhan kepadanya atau dengan kata lain manusia harus menggunakan pendengaran, penglihatan dan hati nurani yang diberikan oleh-Nya secara optimal.
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani, agar kamu bersyukur. (QS An-Nahl: 78)

 Kesuksesan dalam arti eksistensi dapat di pahami dengan cara manusia berada. Istilah eksistensi berasal dari kata eks yang artinya keluar dan kata sistensi yang diturunkan dari kata sisto yang artinya berdiri atu menempatkan. Eksistensi adalah cara manusia ber-ada (mengada di dunia). Kurniasih dan Tatang (2015: 81) mengungkapkan bahwa eksistensi manusia berarti cara beradanya manusia sebagai subjek atau pribadi yang sadar diri dan memiliki penyadaran diri, yang keluar dari dirinya sendiri.

Secara sederhana, eksistensi dapat diartikan sebagai keberadaan manusia yang tidak hanya sekedar ada namun berada, dimana istilah berada tersebut mengarah pada kebermanfaatan dan keberhargaan manusia sebagai mahluk Tuhan yang dalam peranannya tidak dapat digantikan oleh mahluk Tuhan yang lain. Manusia yang bereksistensi adalah manusia yang keberadaannya bernilai bagi sesama sehingga keberadaanya dirindukan dan diperlukan oleh orang-orang sekitarnya

Hadirin Yang Berbahagia

 Barang kali manusia yang sukses adalah manusia yang bereksistensi dan mengaktualisasikan dirinya, karena dari kedua hal tersebut mengindikasikan adanya pemahaman diri untuk memilih dan bertanggungjawab atas pilihan yang ia ambil terkait potensi yang akan dikembangkannya dan kedua hal tersebut mengarahkannya pada keberhargaan dan kebermanfaatan terhadap sesama sehingga keberadaanya bernilai. Bertitik tolak dari kedua hal tersebut, aktualisasi diri mengindikasikan adanya pemahaman tentang identitas diri yang berkaitan dengan apa dan bagaimana manusia harus hidup dan arah mana yang akan ia tuju sebagai manusia yang merupakan mahluk Tuhan. Dalam hadits dikatakan: Barang siapa yang mengenal dirinya maka ia akan mengenal Tuhannya

 Adapun eksistensi itu sendiri mengindikasikan peran manusia sebagai khalifah yang tidak dapat digantikan oleh mahluk ciptaan Tuhan yang lain. Eksistensi yang bermuara pada Tuhan akan memberikan makna yang mendalam tentang hidup dan kehidupan. Maka dari itu, esensi dari kesuksesan adalah ketika manusia dengan aktualisasi dan eksistensinya mampu mengarahkan ia kepada keagungan Tuhan, dan mampu mendekatkan ia pada hubungan yang lebih intens dengan Tuhan. Sehingga dalam prosesnya, kesuksesan tersebut adalah manifestasi manusia sebagai pengabdi dalam rangka beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dengan demikian kesuksesan terbesar dalam pandangan saya adalah ketika manusia dengan kesuksesannya mampu mengantarkannya pada dimensi spiritualitasterhadap setiap apa yang ia pikirkan dan ia lakukan. Spiritualitas dapat diartikan sebagai kemampuan memberi makna dan nilai terhadap setiap perilaku, pemikiran dan kegiatannya.

Secara lebih jauh, spiritualitas dalam hal ini membawa manusia agar setiap perilaku dan kegiatannya berorientasi pada pengabdian terhadap Tuhan. Spiritualitas tersebut yang akan membuat kesuksesan manusia menjadi hal yang layak dinilai ibadah karena sejatinya ibadah tidak hanya mencakup hal-hal yang sifatnya ritual seperti sholat, puasa, membaca Al-quran dsb, namun juga mencakup seluruh kegiatan yang baik dan disukai di mata Allah, dalam hal ini adalah perjalanan manusia menuju kesuksesan. Dengan spiritualitas tersebut, kesuksesan yang kita perjuangkan tidak akan hanya mengantarkan kita kepada kebahagiaan di dunia namun juga kebahagiaan di akhirat nanti. (Aamiin)

Hadis Rasulullah SAW:
‘’ Bukanlah sebaik-baik kamu orang yang bekerja untuk dunianya saja tanpa akhiratnya, dan tidak pula orang-orang yang bekerja untuk akhiratnya saja dan meninggalkan dunianya. Dan sesungguhnya sebaik-baiknya kamu adalah orang yang bekerja untuk (akhirat) dan untuk (dunia
).’’

Hadirin yang berbahagia

Tidak ada satupun pendapat yang mewakili definisi kesuksesan secara utuh, definisi tersebut terus berkembang dan meluas sebagaimana luasnya pemikiran manusia itu sendiri. Namun apapun itu, semoga kita bisa memandang kesuksesan secara bijak dengan tidak menggunakan materi sebagai patokannya. Barang kali demikianlah yang dapat saya sampaikan, kurang dan lebihnya mohon dimaklumi dan dimaafkan. Akhir kata semoga kita dapat meraih kesuksean baik di dunia dan di akhirat. Billahi Taufik Wal Hidayah Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh