Contoh Khutbah Jum’at Tentang 5 Pintu Setan – Setan diturunkan kebumi untuk senantiasa menggoda manusia agar manusia menjadi lalai dalam beribadah kepada-Nya. Setan adalah musuh manusia, jika kita menuruti kehendak setan maka kita termasuk kedalam golongan ahli neraka. Naudzubillah… Semoga kita bukan termasuk orang yang demikian. Dalam contoh khutbah kali ini akan membahas pintu-pintu yang akan di masuki setan untuk menggoyahkan iman manusia. Semoga bermanfaaat.
الحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللهِ شَهِيْداً،
وَأَشْهَدُ أَلَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
إِقْرَاراً بِهِ وَتَوْحِيْداً، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ
تَسْلِيْماً مَزِيْداً
أَمَّا بَعْدُ
أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى
Hadirin Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah.
Manusia sepatutnya harus waspada akan adanya godaan setan, godaannya tidak berupa sebuah bentuk yang bisa kita ketahui. Ia menjelma dalam sebuah bisikan,hembusan dan tiupan untuk menguasai pikiran kita, membenarkan syahwat kita, yang dengan jelas akan melanggar perintah Allah. Nabi Saw, sebagaimana diriwayatkan oleh Ummu Salamah, selalu memohon perlindungan kepada Allah Swt dari hal itu. Ummu Salamah mengatakan,
“Apabila Rasulullah Saw bangun malam, beliau selalu berdo’a ‘Ya Allah Swt, aku berlindung kepada-Mu dari gangguan setan yang terkutuk: dari bisikan, hembusan, dan tiupannya.’”
Untuk menggoda dan menjerumuskan manusia, setan akan masuk melalui pintu-pintu hati yang lemah. Jika kita tidak mau pintu hati kita dimasuki oleh setan maka hendaklah memperkuat keimanan kita, dan harus waspada tehadap 5 pintu yang sering dimasuki setan. Diantaranya :
Pintu pertama, adalah hasad (dengki) dan tamak. Seseorang yang begitu tamak pada sesuatu, maka ia akan dibutakan, dibuat tuli dan digelapkan dari cahaya kebenaran, sehingga orang seperti ini tidak lagi mengenal jalan masuknya setan. Begitu pula jika seseorang memiliki sifat hasad, setan akan menghias-hiasi sesuatu seolah-olah menjadi baik sehingga disukai oleh syahwat padahal hal tersebut adalah sesuatu yang mungkar.
Pintu kedua, ini juga adalah pintu terbesar yaitu marah. Ketahuilah, marah dapat merusak akal. Jika akal lemah, pada saat ini tentara setan akan melakukan serangan dan mereka akan menertawakan manusia. Jika kondisi kita seperti ini, minta perlindunganlah pada Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jika seseorang marah, lalu dia mengatakan: a’udzu billah (aku berlindung pada Allah), maka akan redamlah marahnya.” (As Silsilah Ash Shohihah no. 1376. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih)
Pintu ketiga, yaitu kenyang karena telah menyantap banyak makanan. Keadaan seperti ini akan menguatkan syahwat dan melemahkan untuk melakukan ketaatan pada Allah. Kerugian lainnya akan dia dapatkan di akhirat sebagaimana dalam hadits:
“Sesungguhnya orang yang lebih sering kenyang di dunia, dialah yang akan sering lapar di hari kiamat nanti.” (HR. Tirmidzi. Dalam As Silsilah Ash Shohihah, Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih)
Pintu keempat, yaitu cinta harta. Sifat seperti ini akan membuat berusaha mencari harta bagaimana pun caranya. Sifat ini akan membuat seseorang menjadi bakhil (kikir), takut miskin dan tidak mau melakukan kewajiban yang berkaitan dengan harta.
Pintu kelima, yaitu selalu berburuk sangka terhadap muslim lainnya. Jika seseorang selalu berburuk sangka (bersu’uzhon) pada muslim lainnya, pasti dia akan selalu merendahkannya dan selalu merasa lebih baik darinya. Seharusnya seorang mukmin selalu mencari udzur dari saudaranya. Berbeda dengan orang munafik yang selalu mencari-cari ‘aib orang lain.
Semoga kita dapat mengetahui pintu-pintu ini dan semoga kita diberi taufik oleh Allah untuk menjauhinya.
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ
وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ
الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ