Dalam kehidupan, aktivitas memberi terhadap orang lain adalah suatu hal yang lazim untuk dilakukan. namun meskipun demikian, aktivitas memberi sering kali tidak disertai dengan sikap bijak dengan membaut pihak yang diberi merasa nyaman, aman dan tidak terhina. Oleh sebab itu, bagaimana baiknya memberi kepada orang lain?. Untuk lebih lengkapnya simak dakwah singkat berikut
!
Hadirin yang dirahmati Allah
Alhamdulilah kita bisa bertemu kembali dengan keadaan sehat wal afiat, pada kali ini kita akan sedikit mengulas tentang adab dalam memberi kepada orang lain. Kita sebagai umat muslim tentunya tidak asing dengan kalimat yang menyatakan bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Maksudnya lebih baik menjadi pihak yang memberi daripada yang diberi.
Menjadi suatu kebahagiaan tersendiri ketika kita bisa memberi suatu hal kepada orang lain entah itu bentuknya harta, tenaga, ilmu atau bahkan doa. Agaknya jika kita tidak bisa memberi kepada orang lain sekurang—kurangnya kita mencukupi kebutuhan kita sendiri tanpa menyusahkan orang lain. ketika kita memberi adakah kita menganggapnya sebagai suatu keberuntungan untuk orang lain?
Setiap perbuatan sejatinya akan kembali kepada orang yang berbuat, baik perbuatan baik ataupun buruk. Bukan untuk orang lain perbuatan baik kita melainkan untuk diri kita sendiri begitupun dengan perbuatan buruk. Allah Jalla wa ‘Alaa berfirman:
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ
“Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri” (QS. Al-Isra:7
Kadang kita terlalu naif ketika memberikan suatu hal kepada orang lain, kita mengira mereka lah yang membutuhkan uluran tangan kita padahal sejatinya kebaikan itu sendirilah yang kita butuhkan. Sekali lagi, kebaikan yang kita lakukan bukanlah untuk orang lain melainkan untuk diri kita sendiri. Maka dari itu jangan pernah bangga atas kebaikan yang kita lakukan pada orang lain, dengan terus menerus mengingatnya dan membebani pihak yang diberi hanya karena kita merasa telah berbuat baik.
Penyakit yang sering kali menimpa adalah adanya perasaan bangga dan berharga yang berlebihan hingga kita merendahkan pihak yang melalui nya kita dapat melakukan perbuatan baik. Atau jika pun tidak merendahkan, kita sering membebani pihak yang diberi dengan ketentuan A, B, C, dst. Kita sering kali naif dengan berpikir bahwa mereka lah yang membutuhkan pemberian kita.
Hadirinyang dirahmati Allah
Sekali lagi, marilah kita menjadi orang yang bijak dalam memberi apapun kepada orang lain. dalam prosesnya kita pernah menjadi pihak yang di beri dan memberi, keduanya adalah ujian hidup yang sejatinya ditujukan untuk terus mendekatkan diri kepada Allah. Seperti halnya roda yang terus berputar maka hidup pun demikian. ketika kita menjadi pihak memberi, hargailah ia yang diberi dengan penghargaan yang tinggi dengan tidak menyakiti dan membebaninya melalui perkataan atau tugas-tugas yang memberatkan, jika pun kita menjadi pihak yang diberi bersikaplah bijak dengan cukup tau bagaimana caranya berterima kasih pada orang lain.