Barang kali dalam keseharian, kita tidak pernah lepas dari prasangka buruk, lalu apa sebenarnya prasangka buruk itu? Tentunya kita tahu bahwa sebagian prasangka buruk itu adalah dosa. Lalu bagaimana agar kita terhindar dari salah satu sikap tidak baik yang dihembuskan setan ini? Akan lebih lengkap jika kita menyimak contoh ceramah tentang prasangka buruk berikut ini, Semoga Bermanfaat !
Assalamualaikum Wr Wb.
Yang saya hormati teman-teman dan hadirin semua
Marilah kita bersama – sama panjatkan puja, puji, dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam karena atas berkah, rahmat dan hidayahnya kita semua dapat berkumpul di tepat yang Insya Allah mulia ini
Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan ke pada junjungan kita – manusia terbaik sepanjang zaman yakni besar Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya. Semoga kita semua kelak mendapatkan syafaatnya. Aamiin.
Hadirin Rahimakumullah
Pada kesempatan kali ini izinkanlah saya mengulas sedikit tentang prasangka buruk atau yang sering dikenal dengan Su’ Al-Zhann. Barang kali dalam keseharian, kita tidak pernah lepas dari prasangka buruk. prasangka buruk ini biasanya berupa tudingan seseorang kepada orang lain tanpa didasarkan pada bukti yang mendukung kebenarannya.
Hadirin Rahimakumullah
Prasangka buruk ini terdiri dari dua macam, yang pertama berburuk sangka kepada ketentuan yang digariskan Allah swt. mungkin tak jarang kita mempertanyakan kepada Allah dengan sikap yang seolah-olah menuduh bahwa apa yang telah ditetapkannya dirasa tidak adil, tidak baik, dan lainnya. Kita sering kali berburuk sangka kepada-Nya dengan menganggap seolah-olah apa yang telah digariskan-Nya bukanlah hal yang baik.
Prasangka buruk yang kedua adalah buruk sangka yang ditujukan terhadap sesama manusia baik berkaitan dengan sikap atau apapun yang dimiliki orang lain. Tipikal buruk sangka ini tak luput dalam keseharian kita. Misalnya, Ketika ada orang yang tiba-tiba menjadi kaya, sering kali pikiran kita gatal untuk menuduh orang tersebut melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan etika untuk menjadi kaya.
Sering kali manusia menyandarkan tindakannya pada prasangka-prasangka yang dimilikinya padahal prasangka terutama prasangka buruk berasal dari setan. Dari prasangka buruk ini akan tersulut beragam dosa dan menumbuhkan aktivitas dosa lainnya seperti ghibah, hasud, benci, bersikap provokatif dsb.
Hadirin Rahimakumullah
Bagaimana cara menghindari prasangka buruk ini?
Yang pertama adalah menjauhi semua penyebabnya; yang kedua adalah menyadari bahwa prasangka buruk itu muncul dari perasaan was-was yang dihembuskan oleh syetan; yang ketiga adalah berusaha menanamkan sikap untuk senantiasa berbaik sangka terhadap ketentuan Allah dan sesama manusia.
Dalam sebuah hadits qudsi Allah Swt. berfirman:
‘’Aku ini bergantung pada prasangka hamba-Ku kepada-Ku, Jika dia berprasangka baik kepada-Ku, dia akan mendapat kebaikan pula. Dan jika dia berprasangka buruk kepada-Ku, dia akan mendapatkan keburukan pula.’’ (HR. Ibnu Hibban)
Allah Swt. berfirman,’’ Wahai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesunggunhnya sebagian dari prasangka adalah dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain. Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Hujurat (49): 12)
Hadirin Rahimakumullah
Bukanlah hal yang mudah untuk menghilangkan kebiasaan buruk sangka dalam keseharian kita, akan tetapi meskipun demikian, bukanlah hal yang tidak mungkin untuk mengubah kebiasaan buruk ke arah yang lebih baik. Untuk itu marilah kita membiasakan diri untuk berprasangka baik pada-Nya & juga kepada sesama manusia.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih sekaligus mohon maaf terhadap hal-hal yang kiranya kurang menyenangkan dari awal sampai akhir ceramah ini. Semoga ilmu yang telah disampaikan bermanfaat. Terima Kasih
Billah Taufik Walhidayah, Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh