Seberapa banyak mereka yang di anugerahi kemampuan agar dapat memberi pinjaman kepada orang lain? Sebuah kebahagiaan tersendiri ketika kita dapat membantu orang lain diantaranya dengan meminjami mereka uang pinjaman, tapi seberapa sabarkah kita untuk memringankan mereka yang kesulitan membayar? Selengkapnya ceramah tentang pentingnya meringankan kesulitan orang lain,
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Yang saya hormati teman-teman dan hadirin semua
Marilah kita bersama – sama panjatkan puja, puji, dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam karena atas berkah, rahmat dan hidayahnya kita semua dapat berkumpul di tepat yang Insya Allah mulia ini
Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan ke pada junjungan kita – manusia terbaik sepanjang zaman yakni besar Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya. Semoga kita semua kelak mendapatkan syafaatnya. Aamiin.
Hadirin Rahimakumullah
Dari Abu Hurairah ra. : Sesungguhnya Rasulullah Saw. Bersabda: Ada seorang laki-laki yang biasa memberi utang kepada orang lain dan ia biasa mengatkan kepada budak kecilnya,’’ jika engkau menagih kepada orang yang kesulitan, urungkan penagihannya, semoga Allah memaafkan kita.’ Orang ini kemudian meninggal dan Allah memaafkan dosa-dosanya. (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menerangkan bahwa seorang majikan yang mengarahkan budaknya agar meringankan beban orang-orang berhutang yang ketika di tagih memang dalam kesulitan. Barang kali, jika orang-orang yang berhutang dalam keadaan sulit atau mungkin belum memiliki uang yang harus di bayarkan maka kita dapat memberikan tempo waktu tambahan pembayaran.
Dalam hal ini, rasanya kita sering menjadi begitu disiplin dengan waktu ketika orang lain berhutang pada kita. Tapi berbeda keadaan jika kita menjadi pihak yang berhutang, kita sering kali menorelir setiap keterlambatan waktu dalam membayar hutang. Untuk itu butuh kelapangan hati untuk memberikan kemudahan kepada mereka yang berada dalam kesulitan untuk membayar hutang.
Satu hal yang sering kali menjadi ujian bagi seseorang atau pihak tertentu ketika memberi bantuan kepada orang lain adalah bahwa kita sering di jejali perasaan berjasa. Perasaan naïf itu sering kali membuat kita memandang sebelah mata pada mereka yang di beri bantuan kepada orang lain. Sehingga kita melupakan penghargaan kepada mereka dan tidak bersikap bijak dengan menuntut pihak berhutang agar sesegera mungkin membayar kewajibannya. Sering kali kita lupa bagaimana keadaan pihak yang berhutang apakah mereka sudah mampu atau belum.
Alangkah bahagianya ketika kita menjadi orang yang begitu ikhlas dan lapang dalam memberi bantuan kepada orang lain. Dengannya kita tidak dihinggapi perasaan ujub dan selalu memberi penghormatan dan penghargaan kepada siapapun. Alangkah indahnya ketika kita meletakan dunia ini di tangan kita bukan hati kita. Alangkah indahnya jika kita menjadikan semua yang ada di muka bumi ini sebagai media untuk mengabdi kepada-Nya.
Barang kali, demikianlah yang dapat saya sampaikan. Yang menyampaikan tidak lebih baik dari yang mendengarkan. Akhir kata semoga sedikit ilmu yang disampaikan bermanfaat, kurang lebihnya mohon di maklumi dan dimaafkan.
Billahi Taufik Wal Hidayah Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabaraktuh