Pidato Tentang Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional barang kali telah kita ketahui keberadaannya, kecerdaan ini disinyalir berperan besar dalam membawa manusia menuju kesuksesan bahkan melebihi peran kecerdaan intelektual yang sering kali kita dewakan keveradaannya. Kecerdasan emosional berkaitan dengan cara seseorang mengelola perasaanya baik ketika bahagia maupun sedih. Dengannya ia dapat memposisikan diri dalam keadaan apapun misalnya tidak terlalu bangga hati ketika berhasil dan tidak putus asa ketika gagal. Selengkapnya pidato tentang kecerdasan emosional berikut ini, Semoga Bermanfaat !

 Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pada kesempatan kali ini izinkanlah saya menyampaikan sedikit bahasan tentang kecerdasan emosional. Barang kali sebelumnya kita mengetahui bahwa ada beberapa kecerdasan. Diantaranya adalah pertama kecerdasan intelektual yang berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan dengan keberhasilan akademik. Yang kedua adalah kecerdasan emosional yang berkaitan dengan pengelolaan emosi dan yang ketiga adalah kecerdasan spiritual atau kecerdasan dalam menyingkap makna kehidupan.
Diantara ketiga kecerdasan tersebut , salah satunya adalah kecerdasan emosional. Apakah kecerdasan emosional itu sendirii?

Sebelum membahas ke arah sana ada baiknya kita merenungkan kembali bagaimana sebutan cerdas disematkan pada orang lain. Sering kali sebutan cerdas hanya disematkan pada orang-orang yang memiliki nilai tinggi dalam rapor dan memenangi olimpiade. Tentu hal ini tidak salah karena memang mereka unggul dalam kecerdasan intelektual tapi menjadi keliru jika kita bersikap abai terhadap kecerdasan yang dimiliki oleh orang-orang yang unggul dalam kegiatan berorganisasi. Orang-orang yang concern di dunia organisasi pun adalah orang-orang yang cerdas dengan caranya masing-masing.

Dalam kehidupan ini, orang tidak hanya dituntut untuk dapat mengerjakan soal matematika dan sains tapi lebih jauh dari itu kehidupan yang sebenarnya mengantarkan seseorang pada kondisi dimana dia harus mampu menjawab pelbagai soal kehidupan. Ada berbagai keadaan yang menuntut kita harus cerdas dalam kehidupan, dan kecerdasan ini bukan tentang hasil ujian yang harus kita raih tapi tentang cara menjalani proses kehidupan yang lebih baik.

Orang tidak hanya membutuhkan kecerdasan intelektual dalam menghadapi problema hidup karena memang Allah Swt tidak hanya menganugerahkan satu kecerdasan melainkan ada beberapa kecerdasan. Di samping kecerdasan intektual, manusia harus mendayagunakan kecerdasan emosional dimana keberadaannya berkaitan dengan kecerdasan untuk dapat mengelola emosi diri sendiri, kemampuan untuk mengenali perasaan diri dan orang lain, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan sebagainya.

 Pada praktiknya ternyata kecerdasan intelektual hanya sedikit memengaruhi kesuksesan manusia, sedangkan kecerdasan emosional memegang peran penting untuk menunjang seseorang menuju kesuksesan. Cara kita mengagungkan kecerdasan intelektual menjadi sangat keliru manakala kita mengabaikan peran kecerdasan emosional sebagai aset berharga dalam menjalani problema kehidupan.

Hadirin yang berbahagia

Tokoh yang terkenal dalam upaya mengkaji kecerdasan emosional salah satunya adalah Daniel Goleman. Ia menjabarkan bahwa kecerdasan emosional atau emotional intelligence (EI) merujuk pada kemampuan mengenali perasaan diri kita sendiri dan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik dalam hubungannya terhadap diri sendiri maupun orang lain.

 Kecerdasan emosional bukanlah suatu hal yang keberadaannya harus dipertentangkan dengan kecerdasan intelektual. Baik kecerdasan intelektual maupun kecerdasan emosional, keduanya beinteraksi dinamis. Dua kecerdasan ini merupakan Anugerah Tuhan yang haris digunakan dan disyukuri keberadaannya.
Lalu mengapa kecerdasan emosional penting?

Pada perjalanannya manusia adalah mahluk penuh emosi yang sering kali merasa gembira, sedih, takut, marah, terkejut, panic dan sebagainya. Perasaan-perasaan inilah yang mewarnai kehidupan manusia yang secara langsung dan tidak langsung memengaruhi cara mereka bersikap dan bertindak. Misalnya katakanlah seseorang sedang marah, lalu apakah ia harus bersikap menjengkelkan pada teman-temannya sebagai pelampiasan amarah?

Contoh lain yang sering kita hadapi adalah misalnya ketika kita gagal untuk meraih suatu hal apakah dengan serta merta kita merasa dunia kita runtuh sehingga putus asa? Atau jika teman kita bersedih apakah kita bersikap acuh tak acuh? Atau apakah kita akan menghadapi teman yang menjengkelkan dengan sikap yang sama? Nah hal-hal inilah yang dapat menjadi panduan untuk mengukur seberapa cerdas kah kita dalam kecerdasan emosional ini.

Aspek kecerdasan emosional yang pertama adalah tentang mengenali perasaan diri kita sendiri dan orang lain. Mengenali perasaan baik diri sendiri maupun orang lain merupakan kemampuan yang harus dimiliki setiap orang. Mengenali perasaan sendiri adalah cara kita mengenali kondisi perasaan yang kita alami, apakah sedih, bahagia, gugup, terkejut dan sebagainya. Pengetahuan perasaan ini harus didampingi kemampuan untuk mengurai sumber penyebab dari setiap emosi yang muncul. Sehingga pada praktiknya, kita semakin lihai untuk menentukan hal-hal yang kita inginkan dan kita butuhkan. Muara dari aspek ini adalah kemampuan kita dalam mengenali diri sendiri secara mendalam.

Sedangkan berkaitan dengan mengenali perasaan orang lain, ia merupakan pokok dari hubungan sosial terhadap orang lain. Dengan mengenali perasaan orang lain, apakah sedang bahagia atau berduka- dapat menjadikan kita mampu menempatkan diri pada situasi apapun. Di saat orang lain sedang sedih kita dapat memposisikan diri sebagai teman berbagi yang mampu menampung keluh kesah orang lain dan begitupun sebaliknya.

 Aspek yang selanjutnya adalah kemampuan memotivasi diri sendiri. Orang pernah berkata bahwa motivator terbesar dalam kehidupan manusia adalah dirinya sendiri. Sehebat apapun Mario Teguh ataupun Andrie Wongso dalam memberikan motivasi kepada orang banyak, ia tidak akan berpengaruh hebat manakala kita hanya menjadikannya sebagai sesuatu yang hanya sekedar lewat. Masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri ataupun jika pun berkesan hanya dalam kisaran waktu yang tidak lama. Orang yang memiliki kecerdasan emosional yang unggul, ia akan dapat memotivasi dirinya sendiri ketika jatuh untuk bangkit dari keterpurukan.

 Aspek yang terakhir dari kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengelola emosi baik hubungannya dengan diri sendiri ataupun orang lain. Pengelolaan emosi ini penting agar kita mampu mengendalikan diri untuk tidak berbuat segala sesuatu seinginnya saja. Bayangkan jika kita tidak memiliki kecerdasan emosional ini, kita akan melakukan apapun seenak hati kita tanpa memikirkan keberadaan orang lain. Pengelolaan emosi penting agar seseorang tetap dapat bersikap sewajarnya dalam setiap keadaan entah itu keadaan yang berkonotasi baik (membahagiakan) atau buruk (sedih).

Hadirin yang berbahagia

 Kecerdasan emosional ini memiliki peran penting dalam membawa seseorang menuju kesuksesannya. Bagaimana tidak, jalan kesuksesan merupakan jalan yang tidak banyak menawarkan kemudahan melainkan menawarkan berbagai aral yang melintang. Maka untuk itu kecerdasan emosi berperan penting dalam memotivasi diri agar terus dapat tumbuh dan berjuang untuk menghadapi berbagai rintangan. Selain itu motivasi diri pun memiliki peran penting untuk mendorong manusia agar mampu memposisikan dirinya dalam setiap keadaan.
Lalu siapakah yang unggul dalam kecerdasan ini?

Tidak seperti kecerdasan intelektual (IQ) yang dapat diukur melalui tes psikotes dan lainnya, kecerdasan emosional sulit untuk diukur. Biasanya keunggulan kecerdasan ini dimiliki oleh para motivator, pelaku bisnis, guru, aktivis sosial, konselor dan sebagainya. Pada intinya, kecerdasan emosional ini dibutuhkan oleh siapapun terlepas dari bidang pekerjaan apa yang ia lakukan. Singkatnya kecerdasan emosional adalah aset berharga agar manusia dapat menjalani kehidupannya dengan optimal.

Hadirin yang berbahagia

 Jika berbicara tentang kecerdasan tentunya kita tidak akan melupakan pendidikan sebagai bagian dari upaya mencerdaskan bangsa. Berkaitan dengan kecerdasan sebelumnya kita tahu bahwa manusia tidak hanya memilki kecerdasan intelektual melainkan memiliki pula kecerdasan emosional dan spiritual. Mengetahui hal ini adakah proses pendidikan kita hari ini telah mengembangkan dan memberdayakan ketiga kecerdasan ini?

Banyak orang yang beropini bahwa dibanding kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional memiliki pengaruh yang cukup besar dalam mengarahkan manusia menuju keseuksesannya. Lalu pertanyaannya adakah proses pendidikan kita hari ini berupaya secara maksimal mengembangkan kecerdasan emosional? Atau malah kita masih saja berorientasi pada kecerdasan intelektual dengan mengharuskan siswa dapat menghafal pelbagai materi pelajaran tapi melupakan bagaimana seharusnya mereka dapat menjadi lebih sabar dan jujur dalam menghadapi kehidupan?

Sering diberitakan bahwa pendidikan kita hari ini lebih banyak mengutamakan kecerdasan intelektual dibanding kecerdasan lainnya. Kita begitu memerhatikan kemampuan siswa dalam menghitung dan menghafal tapi sering kali lupa untuk mengajarkan bagaimana seharusnya mereka dapat menjadi orang yang mampu menghargai orang lain.

 Pada realitanya kita sering kali melihat betapa banyak orang pintar dalam akademis tapi tidak cukup pintar untuk dapat mengendalikan ego dan ambisinya sehingga sering kali bersikap merendahkan orang lain.
Setiap waktunya dunia ini berubah, setiap ilmu pengetahuan terus mengalami perkembangan dan perbaikan terus menerus. Maka sudah saatnya kita belajar untuk dapat terus memperbaharui ilmu yang telah kita dapatkan. Konsep tentang ditemukannya kecerdasan emosional sekaligus pengaruhnya dalam mengantarkan manusia pada kesuksesan sudah seharusnya menjadi bagian dari perbaikan proses pendidikan. Sudah saatnya pendidikan memberdayakan setiap kecerdasan dan anugerah dimiliki manusia. Saatnya kita lebih bersyukur dengan setiap pemberian-Nya dengan memberdayakannnya sebaik mungkin.

 Barang kali demikianlah yang dapat saya sampaikan kurang dan lebihnya mohon dimaklumi dan dimaafkan. Akhir kata semoga kita menjadi orang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Billahi Taufik Wal Hidayah Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh