Pidato Singkat Tentang Mengelola Stress

Dalam beberapa hal, stress menjadi tema yang menarik untuk diperbincangkan. Keberadaannya menjadi hal yang pasti terjadi dalam kehidupan umat manusia sepanjang sejarahnya. Kondisi stress hampir dialami oleh setiap orang sepanjang kehidupannya karena dalam prosesnya ada berbagai macam problema dan persoalan hidup yang memicu stress. Namun dari semua kondisi di luar diri manusia, semuanya terganting dari cara manusia merespon setiap problema hidup. Selengkapnya pidato singkat tentang mengelola stress.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Hadirin yang berbahagia

Pada kesempatan kali ini izinkanlah saya menyampaikan sedikit bahasan tentang mengelola stress. Barang kali satu dari beberapa orang di dunia pasti pernah mengalami stress atau mungkin diantara kita disini pun pernah mengalaminya? Pada intinya dalam rentang kehidupannya setiap orang pasti pernah bertemu dengan penyebab-penyebab stress meskipun tidak sampai pada kondisi yang membawa kita pada stress.

 Lalu apa stress itu sendiri?

 Menurut Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia yaitu Prof. Syamsu Yusuf dikatakan bahwa stress merupakan kondisi psikofisik yang ada (Inheren) dalam diri setiap orang. Stress itu sendiri melibatkan kondisi mental dan fisik karena keduanya saling berhubungan erat. Dalam prosesnya kondisi stress ini dialami oleh setiap orang tidak mengenal jenis kelamin, usia, kedudukan, jabatan atau status sosial ekonomi. Stress bisa di alami oleh bayi, anak-anak, remaja, atau dewasa; dialami oleh pejabat atau rakyat jelata; dialami oleh pengusaha atau karyawan; dialami oleh orangtua atau anak; dialami guru maupun siswa dan dialami pria atau wanita. Bahkan mungkin saja stress dialami oleh mahluk hidup lainnya.

Dalam sebuah majalah ada salah satu kasus yang menggambarkan kondisi stress ibu yang telah melahirkan. Dikatakan bahwa seorang ibu mengalami post partum blues dan secara sadar ia menolak kehadiran bayinya. Dalam kondisi tersebut sang ibu sering memarahi anaknya dan membiarkan anaknya yang menangis bahkan sampai ia tertidur. Sang ibu pun sering memahami anak pada hal-hal yang dianggap sepele atau bahkan ketika anaknya tidak bersalah pada hal apapun. Kondisi stress yang dialami sang ibu memaksanya melakukan hal-hal demikian dan setelah melewati masa stress nya apakah kiranya yang terjadi?

Setelah melewati masa stress itu, sang ibu bisa menyayangi anaknya dengan sepenuh hati. Namun dampak yang tidak ringan terjadi pada sang anak yaitu ia tidak memiliki kepercayaan diri, selalu ketakutan dalam melakukann sesuatu dan selalu bertanya untuk hal-hal yang sepele. Inilah dampak yang harus diterima anak karena perlakuannya pada waktu sebelumnya.

Melihat kasus ini tentunyapenting bagi kita untuk dapat mengelola atau memanajemen stress yang mungkin akan terjadi pada diri kita. Hal ini penting karena setiap sikap dan tindakan tidak hanya memngaruhi diri kita sendiri melainkan melibatkan pengaruh terhadap orang lain.
Secara lebih jelas Dadang Hawari mengemukakan bahwa istilah stress tidak dapat dipisahkan dari distress dan depresi karena satu dan lainnya saling berkaitan.

 Stress merupakan reaksi fisik terhadap setiap permasalahan kehidupan yang dialami manusia. Apabila dengannya fungsi organ tubuh sampai terganggu maka ia disebut distress. Sedangkan depresi ialah reaksi kejiwaan terhadap stressor (pemicu stress) yang dialaminya.
Inilah mengapa stress dikatakan sebagai suau hal yang pasti dialami oleh manusia kaena sebenarnya stress merujuk pada suatu kondisi perasaan yang tidak nyaman dan tertekan baik fisik maupun psikis sebagaia respon individu pada stressor (pemicu stress).Contoh kecilnya adalah kasus ibu tadi yang mengalami post partum blues dimana ia belum bisa menerima tuntutannya sebagai seorang ibu yang harus menyayangi anaknya.

Hadirin yang berbahagia

Dalam prosesnya ada begitu banyak kondisi yang baik secara langsung atau tidak langsung memicu kita untuk stress atau bahkan menggiring kita pada posisi yang tidak nyaman. Misalnya adalah kematian seseorang yang kita kasihi, ujian nasional, kemacetan lalu lintas, bencana alam, dan peristiwa-peristiwa lainnya. Hal-hal ini pasti dialami oleh manusia lalu pertanyaannya adakah manusia akan kalah oleh keadaan dengan menyikapinya secara negative ?

 Melihat hal ini penting bagi kita untuk memiliki kemampuan manajemen stress atau mengelola stress.
Mengelola stress dalam istilah psikologi disebut dengan coping. Menurut beberapa ahli coping adalah proses mengelola tuntutan (internal atau eksternal) yang di duga sebagai beban karena diluar kemampuan individu. Pada intinya coping adalah upaya untuk menghadapi berbagai kondisi pemicu stress secara positif.

Coping ini dapat dilakukan dengan menuntaskan ‘masalah’ yang ada dalam diri sekaligus yang ada diluar diri kita. Misalanya dengan bersikap tabah dan sabar atau pun memininalkan tuntutan eksternal.
Sederhananya adalah bahwa coping disebut sebagai upaya untuk mengatasi, mengurangi, atau mentoleransi beban yang yang timbul karena stress. Lalu hal penting apakah yang menjadi alat utama untuk mengelola stress atau coping?

Yang pertama adalah tentang kepribadian. Memang dimana-mana kepribadian menjadi hal yang penting dalam kehidupan manusia. Dimana pun itu kepribadian menjadi hal yang utama dan mnerik untuk diperbincangkan. Lalu kepribadian apakah yang perlu dimaksimalkan keberadaanya untuk dapat mengelola stress dengan baik?

Tepatnya adalah hardiness atau ketabahan dan daya tahan, hardiness ini ditunjang dengan beberapa hal diantaranya adalah commitment, internal locus control dan challenge. Commitment berkaitan dengan tekad dan keyakinan seseorang tentang apa yang seharusnya dilakukan seperti keterlibatan dlam kehidupan baik di lingkungan kerja maupun di lingkungan kerja. Sedangkan Internal locus control yaitu keyakinan seseorang bahwa keberhasilan atau kegagalan disebabkan oleh factor internal. Dan challenge sendiri berkaitan dengan persepsi seseorang terhadap situasi atau tuntutan yang sulit apakah ia memandangnya sebagai peluang atau tantangan yang harus dihadapi.

Pada prosesnya, manusia harus memiliki daya tahan yang tinggi dalam menghadapi berbagai kondisi hidup yang tampaknya membawa kondisi stress. Namun barang kali semuanya tergantung dari bagaimana respon yang diberikan apakah negative atau positif karena bisa jadi kita memiliki masalah yang sama dengan orang lain tapi orang lain dapat menghadapinya dengan positif sedangkan kita tidak begitupun sebaliknya.

Kepribadian kedua yang diperlukan untuk dapat mengelola stress adalah optimisme yang berkaitan dengan kondisi seseorang yang cenderung menghasilkan hal-hal yang baik. Sikap ini tidak dapat dipisahkan dengan cara berpikir yang positif. Sikap optimis ini baik secara langsung atau tidak langsung akan membawa seseorang untuk berpikir positif terhadap masalah yang ia hadapi. Dengannya ia akan berujar pada diri sendiri bahwa ia bisa menaklukan setiap keadaan sulit yang tentunya dengan pertolongan Allah.
 
Yang selanjutnya adalah bahwa manusia memerlukan sisi humoris dalam dirinya. Dengan sikap humoris ini ia akan cenderung lebih toleran dalam menghadapi kondisi stress yang dihadapinya. Kekonyolan hidup adalah satu hal yang harus ada dalam kehidupan manusia karena ia tidak bisa selamanya selalu tampil serius. Kadang dengan bersikap konyol, beban hidup akan sedikit terkurangi dan memang begitulah adanya kehidupan pasti selalu diselingi dengan ha-hal yang menyulitkan tapi begitulah hidup.

Hadirin yang berbahagia

 Disamping harus memiliki kepribadian kuat untuk bertahan dalam masalah manusiapun membutuhkan dukungan sosial dalam kehidupannya. Tentunya kita telah mafhum bahwa tidak ada manusia yang tidak membutuhkan orang lain apalagi ketika ia berada dalam keadaan stress. Manusia sangat membutuhkan dorongan dan dukungan yang dengan keduanya ia akan merasa berharga. Kadang manusia perlu seseorang yang mampu meyakinkannya bahwa ia adalah orang yang cukup mampu dan kuat dalam menghadapi pelbagai masalah yang menghadapinya.

 Dukungan sosial ini akan lebih dilakukan oleh mereka yang memiliki ikatan emosional yang kuat seperti orangtua, suami/istri, sahabatdan lain-lain. Dukungan menyiratkan sebuah kepedulian untuk hidup saling menyayangi dan saling berbagi. Sikap saling berbagi baik tentang kebahagiaan atau bahkan kesakitan akan mengurangi beban masalah itu sendiri. Bukankah kita pernah mendengar bahwa berita kebahagiaan yang dibagi menjadikan kebahagiaan itu berlipat-lipat dan masalah yang dibagi akan mengurangi setengah dari masalah itu sendiri?

 Akhirnya kita sampai pada bagian terakhir bahwa sepanjang hidup manusia ia akan menemui pelbagai problema dan persolan yang barang kali akan memicunya pada kondisi stress. Namun dalam setiap prosesnya ia akan tergantung pada cara kita menyikapinya apakah positif atau negative. Karena permasalahan akan selalu ada dalam kehidupan manusia maka saatnya untuk memaklumkan diri bahwa masalah adalah kehidupan itu sendiri tanpa masalah tidak akan ada kehidupan. Saatnya menjadi lebih tangguh dalam menghadapi tantangan kehidupan karena barang kali segalanya telah ditetapkan sesuai ukurannya. Tantangan yang kita hadapi adalah tantangan yang senilai dengan kemampuan kita dalam menghadapinya.

Barangkali demikianlah yang dapat saya sampaikan kurang dan lebihnya mohon dimaklumi dan dimaafkan. Akhir kata semoga kita bisa menjadi manusia tangguh dalam menghadapi berbagai problema kehidupan. Billahi Taufik Wal Hidayah Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh