Pidato Singkat Tentang Waktu

Waktu menjadi fasilitas hidup manusia yang terbatas dan sayangnya batasan sampai mana manusia dapat hidup adalah suatu hal yang ghaib. Waktu adalah tiket masuk manusia agar dapat meraih kebahagiannya. Tanpa waktu kesuksesan, kekayaan, kebahagiaan, keceriaan, dan kebersamaan yang dimiliki manusia adalah suatu hal yang nihil. Selengkapnya pidato singkat tentang waktu berikut ini, Semoga Bermanfaat ! 
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh 
Hadirin Rahimakumullah 
Pada kesempatan kali ini izinkanlah saya menyampaikan bahasan tentang waktu. Orang berkata bahwa waktu ibarat pedang atau bagi orang barat time is money yang artinya adalah waktu adalah uang. Keberadaan waktu ditafsirkan secara beragam, ada yang menjadikannya sebagai hal yang sangat penting untuk dimanfaatkan dan ada pula yang abai dengan keberadaan waktu yang terbatas ini.
 Waktu adalah fasilitas hidup berbatas yang sering kali dilupakan keberadaannya. Dengan waktu kita dapat melakukan hal apapun entah itu berkonotasi baik atau bahkan buruk. Dengan waktu pula orang melalui kebahagiaan yang ia lewati dengan orang-orang yang dikasihinya. Ibaratnya waktu adalah tiket masuk untuk menyelami pelbagai rasa yang ada dalam kehidupan. Tanpa waktu kesehatan, kekayaan, popularitas, kesuksesan, dan kebahagiaan hanyalah sebuah hal yang terlalu amat jauh untuk diraih. 
Dalam hadits dikatakan bahwa,’’ Dua kenikmatan yang banyak dilalaikan orang adalah kesehatan dan kesempatan. (HR. Bukhari).
Waktu adalah salah satu kesempatan yang diberikan Tuhan agar manusia dapat hidup sebenar-benarnya. Keberadaanya menjadi begitu berharga karena setiap manusia memiliki batas waktu hidup yang tidak pernah ia tahu seberapa lamanya. Sehingga perpindahan waktu adalah hal yang perlu diperhatikan apakah keberadaannya menambah ilmu dan memperbaiki kualitas hidup manusia atau malah sebaliknya. 
Ibnu Jauzi pernah mengatakan ungkapan tentang waktu ini, beliau berujar,’’Waktu adalah harta yang paling mahal yang pernah anda jaga. Namun saya melihat, waktu paling mudah untuk anda sia-siakan.
Perpindahan waktu bagi seorang muslim adalah isyarat semakin berkurang jatah umurnya. Abdullah bin Mas’ud pernah berkata,’’ saya tidak pernah menyesali suatu hal, seperti penyesalan saya atas hari yang telah berlalu, dimana umur saya telah berkurang dan saya tidak sempat menambah amal baik.’’
 Ungkapan ini kiranya dapat menjadikan kita untuk berpikir kembali apa yang telah kita lakukan di masa lalu dan apa yang kita persiapkan untuk menyambut masa depan.
Namun sering kali kita malah menyesali hal-hal yang telah lalu dengan amat berlebihan dan parahnya sering kali kita pun mengangankan masa depan yang baik tanpa benar-benar mempersiapkan masa depan itu sendiri dengan sebaik mungkin. 
Lalu sebenarnya adakah waktu yang benar-benar dimiliki manusia itu ? Apakah hari ini atau masa lalu atau bahkan masa depan?
Seorang penyair berkata,’’ apa yang telah berlalu telah mati. Adapun apa yang kita dicita-citakan masih ghaib disana. Maka kesempatan bagimu adalah waktu dimana kamu berada sekarang. 
Melalui syair ini barang kali waktu yang benar-benar dimiliki manusia adalah hari ini karena apa yang telah lalu dan akan datang tidak dapat ia kendalikan. Maka sudah saatnya berhenti untuk mengutuk dan mencaci masa lalu. Dan berhentilah memuji dan mendewakan segala kebaikan dan kesejahteraan di masa depan karena kita tidak pernah dapat menduga dan memprediksi kehidupan yang akan datang.
Masa terbaik yang benar-benar manusia miliki adalah waktu dimana ia berada sekarang, karena keberadaannya dapat dikendalikan dan diperbaiki. 
Masa ini dapat menjadi jembatan yang dapat mengantarkan manusia untuk memperbaiki hal-hal yang telah lalu dan menjadi titik-tik langkah menuju kehidupan yang baik hingga pada saatnya telah tiba.
Allah Swt. secara tidak langsung telah memberikan arahan tentang ini semua dalam surat Al-Hasyr ayat 18-19, Ia Berfirman,’’ Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (Akherat); dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.’’ (QS. Al-Hasyr: 18:19) 
Setidaknya ada tiga hal yang perlu kita perhatikan dalam ayat-ayat ini: pertama, taqwa sebagai bekal terbaik untuk masa yang akan datang. Kedua evaluasi diri sebagai pelajaran dari kehidupan masa lalu agar kita dapat melangkah lebih baik di masa yang akan datang. Ketiga, dzikir (selalu ingat kepada Allah) dengan berbagai ketaatan sebagai benteng keimanan agar dapat menjadi insan yang salih. 
Bergantinya waktu sebaiknya menjadi moment yang baik untuk mengevaluasi diri agar dapat terhindar dan terjaga kepada jurang keburukan di masa yang akan datang, yaitu selalu memikirkan kebaikan apa yang akan kita lakukan hari ini, esok, minggu depan, bulan depan dan seterusnya.
 Ibnu Qoyyim Al-Jauziah pernah berkata,’’ pemikiran yang paling cemerlang dan mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allaah di akhirat bermacam-macam. Diantaranya berpikir bagaimana mengisi dan menggunakan waktu seefisien mungkin dan mencurahkan segala perhatian untuk mengatur waktu. Orang yang paham adalah orang yang tahu akan nilai waktu, apabila ia telah menyia-nyiakanya berarti ia telah menyia-nyiakan kemaslahatan hidupnya sebab kemaslahatan dan keberhasilan diperoleh karena penggunaan waktu yang efisien dan waktu yang telah berlalu mustahil untuk diulang kembali. 
Hadirin yang berbahagia
 Bahasan tentang waktu adalah suatu hal yang sering disampaikan bahkan sejak usia muda. Namun sayangnya sering kali menyia-nyiakan nikmat ini. Sebagai penutup, saya akan menyampaikan ungkapan Ahmad Syauqi dalam syairnya: Sesungguhnya kehidupan ini hanyalah beberapa saat saja. Maka angkatlah nama baikmu untuk bekal apabila kamu mati, karena nama baik bag manusia adalah umur baru. 
Barang kali demikianlah yang dapat saya sampaikan, kurang dan lebihnya mohon dimaklumi dan dimaafkan. Akhir kata marilah kita bersegera untuk mensholehkan diri karena barang kali kita tak memiliki lagi waktu esok. Billahi Taufik Wal Hidayah Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.