Pidato Singkat Tentang Persaudaraan Seiman

Persaudaraan seiman, bagaimanakah kiranya ? Dalam prosesnya kita tidak hanya membina hubungan hanya dengan sesama muslim melainkan juga dengan umat lain. Kisah-kisah dalam pidato ini dapat memberikan gambaran bagaimana seharusnya menghadirkan sifat toleransi, saling menghargai dan tolong menolong terhadap mereka yang berbeda agama sekalipun. Selengkapnya pidato singkat tentang persaudaraan seiman berikut ini, Semoga Bermanfaat !

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Hadirin yang berbahagia

Pada kesempatan kali ini izinkanlah saya menyampaikan sedikit bahasan tentang persaudaraan dalam islam atau yang sering diketahui dengan sebutan ukhuwah islamiyah. Persaudaraan islam yang sering disebut dengan ukhuwah islamiah ini sebenarnya tidak ada secara tekstual dalam Al-Quran. Yang ada dalam teks suci  Al-Quran hanyalah ayat yang berbunyi,” innama al-mu’minun ikhwah, bermakna hanya orang-orang beriman itu sajalah yang bersaudara. Untuk itu kata yang paling cocok dan berargumen kuat berdasarkan firman Allah itu adalah digunakannya istilah ukhuwah imaniyah, persaudaraan seiman.

Sejarah nabi Muhammad Saw, membuktikan dengan sangat jelas bahwa yang beliau besar-besarkan dalam mennghadapi kaum quraysy di Mekkah adalah penguatan persaudaraan iman, baik itu iman kepada para pengikut nabi-nabi Allah maupun terhadap kaum lainnya yang tidak sejalan. Persaudaraan yang seiman itu dibuktikan ketika beliau mendapatkan wahyu pertamanya dimana beliau mendapat dukungan dari seorang pendeta yang bernama Waraqah bin Naufal. Kenabian dan kerasulannya mendapat tanggapan dan ucapan dukungan waraqah dengan mengatakan bahwa beliau akan mendukungnya sampai mati dalam iman itu jika Muhammad di usir dari Mekkah seanadainya ia masih hidup saat kejadian pengusiran Rasulullah terjadi.

Beberapa kisah yang menggambarkan persaudaraan seiman ini akan diantaranya adalah:

Pertama, persaudaraan iman abessinia dimana persaudaraan iman ini semakin menguat saat Rasulullah Saw. dan ummatnya tertekan dalam penderitaan di Mekkah, karena siksaan, cemoohan, tuduhan tidak berdasar, dan ketidaksukaan sampai terjadi boikot sosial ekonomi yang dilakukan tokoh-tokoh senior Mekkah. Yaitu tidak boleh melakukan kontak membeli untuk menguntungkan ummat Muhammad Saw, tidak boleh menjual barang kepada mereka dan juga tidak boleh melakukan kontak dengan keluarga.

Saat itu adalh tahun-tahun yang begitu memberatkan umat nabi. Nabi Saw. memerintahkan umatnya agar pergi meninggalkan Mekkah dan bermigrasi ke negeri Abessinia (Habsyi). Karena negeri itu dinilai Nabi Saw. sebagai negeri nasrani yang dinilai dapat menolong mereka karena kekuatan iman sepersaudaraannya dalam kenabian.

Tahun-tahu itu berlalu dengan bantuan dari Raja Negus (Najasyi) yang merupakan tokoh besar uskup negeri itu, yaitu dengan diberikannya kekuatan baik dari segi politik maupun ekonomi. Dalam peristiwa ini Nabi memiliki hubungan persaudaraan yang baik dengan Raja sampai Raja memberikan restu terhadap pernikahan Rasulullah Saw. dengan Ummu Habibah Binti Abi Sufyan. Inilah kiranya persaudaraan seiman yang ditunjukan kedua belah pihak yang mengagungkan keimanan para Nabi mereka yang bersumber dari Cahaya Tuhan.

Kedua, adalah kisah persaudaraan iman di Taif. Persaudaraai seiman ini berkaitan dengan peristiwa tatkala Nabi di siksa dengan berbagai tawuran yang dilakukan penduduk Taif karena kedatangan Nabi kesana dalam upaya meminta perlindungan. Namun ternyata beliau malah mendapatkan luka-luka karena penduduk Taif sendiri menolak kedatangan beliau. Hingga akhirnya Rasulullah Saw. ditolong oleh seorang budak yang bernama Addas.

Addas memberi Rasulullah Saw. buah anggur dan saat Rasulullah menyebut nama Allah tatkala makan buah anggur tersebut, budak yang bernama Addas heran mengapa dia mengatakan hal yang sama seperti keyakinan yang dimiliki budak itu dalam keimanan terhadap Nabi Yunus as sebagai seorang nabinya. Beliau menjawab bahwa Yunus merupakan saudara kenabiannya dari Ninawa, beliau itu seiman dengannya. Inilah keimanan bersama dalam keimanan yang sangat tinggi dari beliau saat menderita di Taif, yang mempertemukan dengan saudara seimannya dalam kenabian terhadap Allah Swt.

Ketiga, adalah persaudaraan iman Mesir yang berkaitan dengan persaudaraan Rasulullah dan Raja Mesir Muqawqis. Dikisahkan bahwa persaudaraan seiman ini begitu kuat hingga keduanya saling bertukar hadiah dan cinderamata. Dikatakan bahwa Raja Muqawqis memberi Rasulullah dua orang hamba sahaya dari kopti dan kemudian diterimanya dengan suka cita. Berikutnya Nabi Saw. menikahi salah satu budak yang bernama Maria dan membuahkan keturunan yang bernama Ibrahim.

Kisah-kisah persaudaraan seiman ini menjadi bukti adanya solidaritas, toleransi, dan tolong menolong dalam kebaikan diantara kedua belah pihak yang bersaudara. Barang kali kita dapat menjadikannya sebagai salah satu petunjuk dalam membina hubungan dengan umat lain. Demikianlah kiranya yang dapat saya sampaikan, kurang dan lebihnya mohon dimaklumi dan dimaafkan. Billahi Taufik Wal Hidayah Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.