Naskah Pidato Tentang Keluh Kesah

Agaknya istilah keluh kesah ini bukan hal yang asing lagi di telinga kita hari ini? Tak dapat dipungkiri bukan hal yang mudah untuk menghilangkan salah satu sifat buruk ini tapi bukan hal yang tidak mungkin bukan? Akan lebih mudah jika kita mengetahui secara utuh apa saja penyebab sifat keluh kesah ini, selengkapnya Naskah pidato tentang keluh kesah berikut ini, semoga bermanfaat !

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yang saya hormati teman-teman dan hadirin semua. Marilah kita bersama – sama panjatkan puja, puji, dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam karena atas berkah, rahmat dan hidayahnya kita semua dapat berkumpul di tepat yang Insya Allah mulia ini Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan ke pada junjungan kita – manusia terbaik sepanjang zaman yakni besar Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya. Semoga kita semua kelak mendapatkan syafaatnya. Aamiin.

Hadirin Rahimakumullah

 Pada kesempatan ini izinkan saya sedikit mengulas tentang keluh kesah. Wah, mungkin istilah keluh kesah ini sering kali menghinggapi keseharian kita, betul demikian?
Allah Swt. Berfirman, sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah (ijtiza). Dan apabila dia mendapat kebaikan dia kikir. (Al-Ma’arij 19-21).

Ijtiza’ atau keluh kesah ini merupakan ketidaksanggupan seseorang dalam menerima dan memikul segala musibah atau bencana yang menimpanya, kemudian menampakan sikapnya itu baik dengan ucapan maupun perbuatan. Ijtiza atau keluh kesah ini biasanya ditunjukan dengan sikap kesal dan marah dan dalam waktu yang bersamaan muncul ucapan yang tidak seharusnya. Misalnya, bagi ibu-ibu disini yang sering masak di dapur mengeluh,’’Uh Pak, udah gak ada uang, stok bahan makanan dan bumbu dapur abis, terus bapak kapan ngasih uangnya? ‘’, yah kurang lebih seperti ini bentuk ucapan dan tindakan yang bernada mengeluh.

Hadirin Rahimakumullah

Keluh kesah memang dikatakan sebagai sifat yang ada dalam diri manusia. Barang kali menjadi manusiawi bila manusia mengeluh tapi akan sangat tidak bijak jika kita menyandarkan alasan ini untuk membenarkan tindakan keluh kesah yang kita lakukan. Jika ada pembawaan dalam diri manusia untuk bersikap buruk, bukankah kita harus memperbaiki dan mengubahnya menjadi lebih baik?

 Keluh kesah ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya:

Pertama, mental yang tidak stabil sehingga mudah labil ketika menghadapi persoalan hidup. Ada beberapa kondisi dalam hidup dimana manusia merasa enggan dan takut dalam menghadapi masalah. Kehidupan yang selalu menempatkan seseorang pada posisi nyaman akan membuatnya merasa sangat kacau ketika dihadapkan pada suatu masalah. Berbeda halnya dengan mereka yang terbiasa menghadapi persolan hidup, tak dapat dipunggkiri mereka akan menjalani segalanya dengan lebih damai.

Kedua adalah kurang bersyukur atas segala nikmat yang telah di karuniakan oleh Allah dan memandang buruk musibah yang menimpanya. Sering kali kita merasa bahwa nikmat dan kebahagiaan adalah suatu keharusan dalam hidup yang tak jarang membuat kita menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa sehingga kita menjadi kurang bersyukur kepada Allah Swt. Lalu kita menjadi begitu aneh ketika nikmat itu Allah ambil dan hal-hal yang kurang menyenangkan muncul dalam kehidupan. Agaknya kita harus menyadari bahwa masalah apapun itu adalah suatu hal yang pasti dalam kehidupan manusia sehingga tidak ada alasan apapun bagi manusia untuk mengeluh.

Ketiga, tidak mampu bersabar dalam menyikapi segala musibah yang menimpanya. Kata kunci dari point tiga ini adalah ‘SABAR’. Wah tentunya kata sabar tidak asing lagi di telinga kita bukan, tapi tetap saja ia menjadi suatu hal yang mahal untuk dimiliki. Sabar manjadi mutiara hidup yang mampu menghiasi kehidupan manusia seburuk apapun keadaannya, tapi layaknya mutiara – sabar ini pun tidak mudah didapatkan. Pertanyaannya, dimanakah sekolah yang 100 % dari siswanya mampu menjadi seseorang yaang lebih sabar dalam menjalani kehidupannya?

Keempat adalah lemah iman dalam meyakini qadha dan qodar sehingga tidak mampu mengambil hikmah di balik musibah yang terjadi. Segala hal yang terjadi bukankah telah digariskan oleh Dia yang Maha Berkehendak? Lalu bagaimana kita bisa ragu bahwa semua itu adalah bagian terbaik yang Allah tujukan agar kita mampu mengambil pelajaran atau hikmah. Saudariku, ingatlah bahwa manusia cenderung mengingat Allah dalam keadaan sulit, maka dari itu sejatinya masalah ataupun persoalan hidup yang sering kali kita tidak sukai, sebenarnya banyak mengajarkan pada kita bagaimana seharusnya kita lebih bergantung kepada-Nya.

Hadirin Rahimakumullah

Allah tidak akan menguji hambanya melebihi batas kemampuannya bukan? Kesadaran ini cukupkah membuat kita tidak mengeluh terhadap setiap masalah yang datang ?
Saudaraku, hidup seperti rangkaian ujian, jika kita berhasil dalan ujian A maka kita akan diizinkan untuk mengikuti ujian B, dan begitu seterusnya. Singkatnya, masalah dan persoalan hidup akan selalu menghinggapi manusia, lalu yang menjadi perhatian penting dari setiap masalah adalah apakah kita mampu mengambil pelajaran dan hikmah terhadap setiap masalah yang terjadi ataukah kita membiarkan masalah itu berlalu begitu saja dan pada akhirnya yang tersisa hanyalah rasa sakit dan tidak nyaman?

 Saudaraku barang kali setiap masalah ditujukan agar kita lebih bijaksana dalam menghadapi hidup sehingga semakin hari kita semakin menjadi orang yang lebih baik lagi.
Barang kali demikianlah yang dapat saya sampaikan, sungguh yang menyampaikan tidak lebih baik dari yang mendengarkan. Akhir kata semoga bermanfaat dan mohon maaf terhadap setiap kesalahan dan kekurangan ketika penceramahan ini berlangsung.

Billahi Taufik Wal Hidayah Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh