Pidato Tentang Pancasila dan Maknanya Bagi Bangsa Indonesia

Assalamulaikum wr. wb

Yang saya hormati teman-teman dan hadirin semua

Marilah kita bersama – sama panjatkan puja, puji, dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam karena atas berkah, rahmat dan hidayahnya kita semua dapat berkumpul dalam rangka memperingati Hari Kartini dalam keadaan sehat walafiat.

 Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan ke pada junjungan kita – manusia terbaik sepanjang zaman yakni besar Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya. Semoga kita semua kelak mendapatkan syafaatnya. Aamiin. 

Pada kesempatan yang baik ini, tepatnya pada tanggal 1 Juni ini izinkanlah saya menyampaikan sebuah pidato yang bertemakan,’ Pancasila dan Maknanya Bagi Bangsa Indonesia’. Semoga pidato yang disampaikan dapat menginspirasi dan memberikan pencerahan kepada kita semua tentang bagaimana seharusnya kita sebagai manusia hidup sebagai mahluk individu, mahluk sosial dan mahluk Tuhan.

Hadirin yang berbahagia,
1 Juni di peringati sebagai hari kesaktian Pancasila, singkatnya Pancasila mencerminkan pandangan hidup bangsa ini karena keberadaannya diambil dari kebudayaan, adat istiadat, nilai-nilai, dan cita-cita hidup bangsa Indonesia. Pancasila merupakan ideologi yang mencerminkan kepribadian bangsa, Ir. Soekarno seorang proklamator bangsa ini melukiskan dalam tulisannya bahwa,’ “Pancasila adalah lima mutiara galian dari ribuan tahun sap-sapnya sejarah bangsa sendiri”.

Hadirin yang berbahagia,
 Dalam perjalanan sejarah kita telah ketahui bersama bahwa Pancasila telah melawati tahap ujian yang hampir saja membuatnya tergantikan oleh ideologi komunis. Namun berkat kegigihan para pejuang bangsa, ujian tersebut dapat dihalau dengan kemenangan para pejuang yang mampu menempatkan Pancasila sebagai ideologi bangsa.
Hadirin yang berbahagia,
Pancasila memiliki lima sila atau dasar yang setiap dasarnya sarat dengan nilai.

Sila pertama berbunyi Ketuhanan yang Maha Esa. Nilai ketuhanan dari sila tersebut mencerminkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang selalu melibatkan Tuhan dalam setiap pandangan, pemikiran dan sikap yang dimilikinya. Bangsa ini tidak menghendaki orang yang tidak bertuhan untuk menetap di bumi indonesia ini.

Hadirin yang berbahagia,
 Sila kedua berbunyi kemanusiaan yang adil dan beradab. Sila tersebut mencerminkan bahwa nilai-nilai dalam hubungan sesama manusia harus didasarkan pada sikap adil dan beradab; bukan sikap yang zalim dan biadab. Berkaitan dengan kata adil, adil adalah istilah “khas” yang terdapat dalam banyak sekali ayat al-Quran. Prof. Hamka, dalam Tafsir Al-Azhar, menjelaskan makna adil yang terdapat pada surat An-Nahl ayat 90 yaitu, “menimbang yang sama berat, menyalahkan yang salah dan membenarkan yang benar, mengembalikan hak kepada yang empunya dan jangan berlaku zalim, aniaya.” Sedangkan kata adab berkaitan tata perilaku dan etika yang didasarkan pada ilmu dan ditujukan sebagai ibadah pada Allah Swt; dengan sikap beradabnya manusia akan mendasarkan nilai baik buruk, benar salah, berharga dan tidak berharga sesuai dengan Aturan-Nya.
Hadirin yang berbahagia,

 Sila ketiga berbunyi persatuan Indonesia. Sila tersebut mencerminkan kehidupan bangsa yang sarat dengan perbedaan dan kemajemukan tapi terbingkai dalam mozaik persatuan. Dari sabang sampai merauke, bangsa ini begitu kaya dengan perbedaan budaya, adat istiadat, dan karakter. Sehingga persatuan adalah suatu hal yang mensyaratkan berdirinya bangsa ini.

Hadirin yang berbahagia,
Sila keempat berbunyi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Sila keempat tersebut mencerminkan bahwa musyawarah adalah media yang digunakan untuk memecahkan masalah dan menimbang suatu keputusan di negeri yang sarat dengan perbedaan opini dan pandangan. Selanjutnya pancasila diakhiri dengan sila kelima yang berbunyi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal ini berarti bahwa keadilan sosial adalah syarat agar setiap manusia bangsa ini menjadi manusia yang adil terhadap dirinya sendiri, terhadap sesama dan terhadap Tuhan.

 Hadirin yang berbahagia
Demikianlah pidato yang dapat saya sampaikan, segala kekurangan dan kelebihannya saya mohon maaf dan terima kasih.
Wassalam, Wr. Wb