Contoh Khutbah Jumat Tentang LGBT

Contoh Khutbah Jumat Tentang LGBT– Pemberitaan mengenai rencana pelegalan kaum LGBT telah menjadi berita yang ramai di masyarakat. Penolakan demi penolakan terjadi untuk menggagalkan pelegalan kaum tersebut. LGBT merupakan singkatan dari lesbian, gay, bisexual dan transgender. Lesbian adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama perempuan, Gay adalah sebuah istilah bagi laki-laki yang umumnya digunakan untuk merujuk orang homoseksual atau sifat-sifat homoseksual, Biseksualitas merupakan ketertarikan romantis, ketertarikan seksual, atau kebiasaan seksual kepada pria maupun wanita. Istilah ini umumnya digunakan dalam konteks ketertarikan manusia untuk menunjukkan perasaan romantis atau seksual kepada pria maupun wanita sekaligus, dan Transgender merupakan ketidaksamaan identitas gender seseorang terhadap jenis kelaminnya yang ditentukan, atau kelaminnya dari laki-laki menjadi perempuan. Dan dibawah ini contoh khutbah mengenai hal tersebut.

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ
الحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللهِ شَهِيْداً،
وَأَشْهَدُ أَلَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
إِقْرَاراً بِهِ وَتَوْحِيْداً، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ
تَسْلِيْماً مَزِيْداً
أَمَّا بَعْدُ
أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى

Hadirin Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah.

Pada Jumat yang berbahagia ini saya akan menyampaikan mengenai pandangan islam tentang kaum LGBT. Mengapa hal ini perlu kita bahas? Karena saya sangat menginginkan hal-hal seperti itu tidak menjamur ke masyarakat kita, umumnya Negara tercinta ini. Tapi nyatanya kaum LGBT di Indonesia ingin melegalkan diri sebagai masyarakat yang tidak boleh didiskriminasi karena penyimpangan seksual yang mereka derita. Diskriminasi yang dilakukan oleh masyarakat luar pun tidak bisa bisa disalahkan, mereka hanya tidak mau keluarga dan lingkungannya terpengaruh oleh hal-hal menyimpang seperti itu. Tapi diskriminasi yang berlebihanpun tidak selayaknya kaum LGBT ini dapatkan, terutama dari pihak keluarga. Mereka perlu dirangkul, anak-anak kita atau adik dan kakak kita, mereka adalah korban dari penyimpangan ini. Mereka tidak sepenuhnya menginginkannya, keluarga harus mampu membawa mereka ke jalan yang benar kembali, bukan malah dengan emosi membiarkan anak kita terjerumus kedalam penyimpangan yang semakin dalam.

Hal yang terjadi pada kaum LGBT ini disebabkan oleh tiga faktor yang menyebabkan mereka mempunyai penyimpangan seksual tersebut. Yang pertama adalah genetis, bukan dia yang menginginkan hal seperti itu, pembawaan menyimpang itu telah ada pada gennya. Hal ini tetap harus disalahkan, pembawaan genetis akan bisa runtuh oleh kokohnya iman dan ketaqwaan kita terhadap Allah SWT. Yang kedua adalah faktor trauma, ini bisa terjadi ketika seseorang mendapatkan kekerasan seksual atau pemerkosaan dari lawan jenisnya. Sehingga mereka merasa trauma untuk berhubungan seksual yang wajar, dan melampiaskan hasrat seksualnya dengan cara menyimpang. Yang ketiga adalah faktor lingkungan, bisa saja seorang LGBT ini mempunyai keluarga atau teman yang terlebih dahulu melakukan penyimpangan ini ataupun terlalu dini nya mengetahui tentang seks dari video-video porno sehingga tidak bisa terserap kedalam jiwanya, baik itu seks normal ataupun menyimpang.

Dan bagaimanakah kita sebagai masyarakat muslim harus bersikap? Masihkah kita ingat mengenai azab yang diterima oleh kaum Nabi Luth As. Kaum beliau mendapat azab dari Allah karena tidak menghiraukan larangan-Nya mengenai homoseksual dan lesbian yang terjadi pada kaum tersebut. Dalam surah Huud ayat 81-82, bagaimana dahsyatnya azab dari Allah Ta’ala, sebagaimana firman-Nya:

قَالُوا يَا لُوطُ إِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ لَنْ يَصِلُوا إِلَيْكَ فَأَسْرِ بِأَهْلِكَ بِقِطْعٍ مِنَ اللَّيْلِ وَلَا يَلْتَفِتْ مِنْكُمْ أَحَدٌ إِلَّا امْرَأَتَكَ إِنَّهُ مُصِيبُهَا مَا أَصَابَهُمْ إِنَّ مَوْعِدَهُمُ الصُّبْحُ أَلَيْسَ الصُّبْحُ بِقَرِيبٍ (81)

Para utusan (malaikat) berkata: “Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorangpun di antara kamu yang tertinggal, kecuali isterimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?”.

فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ (82)

Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi,

Allah SWT telah menciptakan kita berpasang-pasangan, laki-laki dengan wanita. Bukan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual, tetapi untuk kepentingan yang lebih suci yaitu untuk memenuhi sunnah Rasulullah SAW dan mendapatkan hikmah dan banyak pahala karena ikatan pernikahan yang suci. Juga sebagai cara untuk mendapatkan keturunan, meneruskan generasi keluarga, umumnya untuk menjaga berlangsungnya peradaban umat manusia. Karena sampai kapanpun penyimpangan seksual atau hubungan seksual yang terjadi pada sesama jenis tidak akan pernah mempunyai keturunan. Dalam surat Ash-Syu’araa’ Allah berfirman :

أَتَأْتُونَ الذُّكْرَانَ مِنَ الْعَالَمِينَ (165)
Mengapa kamu mendatangi (menyukai) jenis lelaki di antara manusia,
[Ash-Syu’araa’ ayat 165]

وَتَذَرُونَ مَا خَلَقَ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ عَادُونَ (166)
dan kamu tinggalkan istri-istri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas”.
[Ash-Syu’araa’ ayat 166]

Hadirin Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah. Semoga kita dan keluarga dijauhkan dari hal-hal yang tidak baik seperti itu.

بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ
وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ


الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ